Beberapa media terkemuka Jepang menanggapi dengan baik pidato Presiden Park Geun-hye pada hari Senin (15/8/2016) yang menandai peringatan Hari Kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang.
Mainichi Shimbun melaporkan bahwa pidato Presiden Park mencerminkan perkembangan dalam hubungan Seoul-Tokyo, yang telah diperbincangkan setelah kedua negara mencapai kesepakatan seputar isu perbudakan syahwat Jepang semasa perang pada bulan Desember lalu. Mainichi juga menganalisis bahwa Park menekankan perlunya pengembangan hubungan dengan Jepang demi keamanan nasional yang lebih baik, tanpa menjelaskan lebih jauh mengenai isu-isu politik yang pelik.
Nihon Keizai Shimbun mengungkapkan dalam sebuah editorialnya bahwa presiden Korsel mengatakan bahwa dirinya akan mendukung promosi hubungan Seoul dan Tokyo, ditambahkan bahwa kedua negara perlu mengembangkan kerja sama di berbagai sektor dari keamanan hingga ekonomi guna mengembangkan hubungan kedua negara di masa depan berdasarkan pandangan yang berorientasi masa depan.
Sankei Shimbun, surat kabar sayap kanan, menggaris bawahi penolakan keras Park atas protes Cina terhadap penempatan Baterai Pertahanan Area Terminal Jangkauan Tinggi (THAAD) di Korsel, saat dirinya mengatakan bahwa THAAD merupakan keputusan langkah pertahanan diri bagi Korsel dari provokasi Korut. Dikatakan bahwa pidato tersebut menekankan posisi dimana Korsel tidak akan menoleransi ancaman-ancaman Korut.
Asahi Shimbun menyatakan bahwa Presiden Park nampaknya tidak menyebutkan kesepakatan Seoul-Tokyo atas perbudakan syahwat guna menghindari reaksi balasan. Ditambahkan bahwa komentarnya terkait Jepang dalam pidato Hari Kemerdekaan kali ini merupakan yang tersingkat dan hanya mengandung isu-isu penting di tingkat rendah, jika dibandingkan dengan pidatonya pada tahun lalu.