Korban tewas gempa di Maroko terus bertambah hingga mencapai hampir 3.000 orang usai gempa bumi dahsyat yang melanda pada hari Jumat (08/09) malam.
Upaya evakuasi penyelamatan di Maroko telah melewati batas golden time atau masa kritis 72 jam dalam upaya menemukan korban gempa. Waktu 72 jam pertama sejak terjadinya bencana diketahui adalah waktu yang sangat penting dalam menemukan korban yang masih hidup.
Guncangan gempa tersebut membuat puluhan desa hancur dan merusak akses jalan. Terlebih lagi, desa-desa di wilayah pegunungan yang kini mengalami kesulitan karena tim penyelamat tidak dapat masuk ke desa terpencil itu. Sehingga di wilayah tersebut, warga mengatakan bahwa mereka menyelamatkan korban dari reruntuhan bangunan dengan tangan kosong.
Di wilayah Tikekhte, di mana hanya sedikit bangunan yang masih berdiri, salah satu warga bernama Mohamed mengatakan para warga berhasil menyelamatkan orang-orang di mana salah satu penyintas tersebut adalah saudara perempuannya. Ditambahkan, karena tidak punya alat berat, maka mereka terpaksa terus menggali dengan tangan kosong.
Setelah tahap kritis 72 jam berlalu, jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Maroko terus bertambah, dan hingga kini korban tewas tercatat mencapai hampir 3.000 orang dan lebih dari 5 ribu orang lainnya terluka.
Tim SAR dari Spanyol, Inggris, Qatar dan Uni Emirat Arab turut membantu Maroko dalam menemukan korban-korban yang selamat. Meskipun Maroko telah menerima tawaran bantuan dari puluhan negara, namun pemerintah Maroko menyetujui bantuan hanya dari empat negara tersebut.
Pihak berwenang Maroko yang belum menerima bantuan lebih lanjut, tampaknya secara lebih aktif memulihkan kehidupan pasca-gempa, termasuk rehabilitasi tempat tinggal bagi korban selamat.
Di sisi lain, pemerintah Korea Selatan memutuskan akan memberikan bantuan kemanusiaan senilai 2 juta dolar AS, termasuk pengiriman tim medis serta barang-barang bantuan untuk mendukung tanggapan terhadap kerusakan akibat gempa bumi di Maroko.