Kesepakatan tarif antara Korea Selatan dan Amerika Serikat sudah mencapai kesepakatan dua hari sebelum tarif diberlakukan. Namun penetapan tarif sebesar 15% hanya mencakup kerangka besar. Sementara, kesepakatan secara rinci dinilai masih memiliki perbedaan pandangan antara kedua negara sehingga perlu pembahasan lanjutan.
Salah satu perbedaan adalah impor energi dari AS, termasuk gas alam cair (LNG). Pemerintah Seoul mengumumkan rencana pembelian senilai 100 miliar dolar AS dalam empat tahun kedepan. Namun Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick menyebutkan kurun waktu yang sedikit berbeda, yakni tiga setengah tahun.
Selain itu, terkait rencana investasi Korea Selatan sebesar 350 miliar dolar di AS, menteri Lutnick menyatakan bahwa 90 persen keuntungan dari investasi tersebut akan dinikmati oleh pihak Amerika. Menanggapi pernyataan itu, Kantor Kepresidenan Korea Selatan hanya memberikan penafsiran bahwa keuntungan tersebut kemungkinan besar akan kembali diinvestasikan di AS.
Perbedaan pernyataan antara kedua negara dalam beberapa isu tersebut diperkirakan akan dibahas lebih lanjut dalam putaran negosiasi berikutnya.
Pemerintah Seoul juga menyatakan bahwa pembahasan teknis terkait penyempurnaan prosedur karantina untuk sejumlah produk pertanian dan peternakan, serta pelonggaran standar keselamatan bagi mobil-mobil produk Amerika, akan terus berlanjut.
Terlebih lagi, sejumlah komoditas yang tidak tercakup dalam kesepakatan dagang terbaru diperkirakan akan memicu dampak lanjutan.
Untuk produk seperti baja dan aluminium, yang selama ini dikenakan tarif sebesar 50 persen, pemerintah telah memastikan bahwa tarif tersebut tetap diberlakukan, sehingga beban tarif akan terus berlanjut.