Pemerintah Korea Selatan telah membentuk satuan tugas (satgas) untuk membahas langkah-langkah demi melindungi warga Korea Selatan di Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran di kawasan itu setelah serangan udara Amerika Serikat minggu lalu yang menewaskan seorang jenderal Iran.
Wakil Pertama Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Cho Sei-young memimpin pertemuan perdana satgas pada hari Minggu (05/01/20) untuk menilai situasi di wilayah tersebut dan memeriksa langkah-langkah keselamatan bagi warga Korea Selatan di luar negeri.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan berencana untuk menjalankan sistem tanggap darurat 24 jam penuh dan bekerja sama dengan misi diplomatiknya di kawasan itu sampai situasinya stabil.
Pada hari Senin (06/01/20), kementerian berencana untuk mengadakan pertemuan tingkat kerja dengan para pejabat dari lembaga pemerintah lainnya, termasuk kementerian perindustrian, pertanahan, pertahanan dan kelautan, untuk membahas kemungkinan dampak situasi Timur Tengah pada harga minyak dan ekonomi Korea Selatan.
Seorang pejabat kemlu mengatakan bahwa warga negara Korea Selatan dan bisnis di kawasan itu saat ini aman, tetapi pihaknya akan terus memonitor situasi dan mengambil langkah-langkah yang tepat jika diperlukan.
Saat ini, jumlah warga Korea Selatan di Irak dan Iran masing-masing sekitar 1.600 dan 290 orang. Ada juga 150 dan 700 warga Korea Selatan di Lebanon dan Israel.