Menurut hasil survei KBS dan Green Peace, 87 persen warga Korea Selatan menilai bahwa krisis iklim sangatlah buruk. Sebanyak 74 persen responden di antaranya mempunyai pemikiran demikian karena peningkatan jumlah bencana alam pada musim panas tahun ini. 

Sebanyak 53 persen responden menjawab perubahan iklim akan berpengaruh pada generasi yang akan datang dan hanya 9 persen yang menjawab perubahan iklim berpengaruh pada generasi saat ini. 

Hal tersebut menandakan bahwa kebanyakan orang merasakan seriusnya dampak dari krisis iklim saat ini, namun tidak menganggapnya sebagai masalah yang harus segera diselesaikan.

Sehubungan dengan upaya untuk menghadapi krisis iklim, 92 persen responden menjawab melakukan daur ulang sampah dan 88 persen berupaya untuk menurunkan jumlah pemakaian produk sekali pakai. Sementara itu, 80 persen responden menilai bahwa dunia politik tidak berupaya untuk menangani perubahan iklim. 

Tujuh dari sepuluh orang menjawab mereka akan menerima kenaikan biaya listrik untuk menurunkan emisi karbon dan 36 persen menjawab Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara di Korea Selatan harus dibongkar hingga tahun 2030. 

Sebagai energi yang dapat menggantikan batu bara, 24,8 persen responden memilih tenaga surya, 20,8 persen memilih tenaga hidrogen, dan 18,9 persen memilih tenaga nuklir. 

Sebanyak 56,2 persen responden menjawab penjualan mobil diesel dan bensin harus dilarang mulai tahun 2040 dan 79,9 persen menjawab akan mengganti mobil yang digunakan saat ini menjadi mobil ramah lingkungan dalam kurun waktu 7 tahun. 

Delapan dari sepuluh orang menjawab pengembangan industri ramah lingkungan akan berkontribusi dalam perkembangan ekonomi negara dan memperbaiki citra negara, serta menurunkan pengeluaran biaya sosial yang diakibatkan dari bencana alam