ⓒ YONHAP News

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan dia ingin memulihkan hubungan diplomatik dengan Korea Utara pada pidato kebijakan utama tahunan dihadapan parlemen pada tgl.28 Januari. Dalam pidato tahun lalu, Abe mengatakan perkembangan nuklir dan misil Korea Utara adalah ancaman besar dan menegaskan negaranya tidak akan menyerah pada provokasi apa pun. Dalam pernyataan tahun ini yang bertolak belakang dengan sikap tahun lalu, Abe menyatakan Jepang dan Korea Utara perlu mendorong hubungan mereka ke tahap baru untuk menuntaskan isu nuklir Pyongyang dan penculikan warga Jepang oleh agen Korea Utara. 

Negosiasi denuklirsasi yang sedang berlangsung antara AS dan Korea Utara tampak tercermin pada perubahan besar sikap Jepang. Pidato Abe juga menunjukkan bahwa Jepang khawatir atas kemungkinan untuk dikesampingkan dari perundingan nuklir. Mengingat situasi yang berkembang cepat saat ini, Jepang khawatir mereka akan terisolasi secara diplomatik jika menolak dialog dengan Korea Utara. Perasaan krisis tersebut tampak mendorong Abe untuk berkomitmen memulihkan hubungan dengan Pyongyang. Pernyataan Abe juga menunjukkan dia berupaya mendorong kehadiran negaranya dalam diplomasi regional dengan menyampaikan komitmen Jepang untuk berdialog dengan Korea Utara. 

Naum Korea Utara bahkan sempat mengkritik Jepang karena tidak melakukan introspeksi diri tentang kesalahan masa lalu. Menyusul pengumuman Jepang baru-baru ini untuk menyelidiki kasus dugaan transfer barang ke kapal ilegal Korea Utara, Pyongyang menuduhnya sebagai perilaku gegabah yang bertentangan dengan suasana diplomatik saat ini. Pyongyang mengeluarkan kecaman pada tgl. 29 Januari, sehari setelah Abe menyebutkan pemulihan hubungan antara Korea Utara dan Jepang. Masa depan hubungan Korea Utara dan Jepang tergantung pada pembicaraan denuklirsasi Korea Utara dan AS.