'Meningkatkan mutu kehidupan. Membuat kita menyadari nilai kehidupan. Meningkatkan humanisme. Membantu kita bisa memahami pikiran orang lain dan menghargai kehidupan orang lain. Memberikan kesenangan hiburan bagi kita.'
Nah, jenis budaya apa yang memberikan motivasi seperti itu bagi kita? Ya, itulah tiada lain adalah sandiwara bertema 'meniru kehidupan manusia'.
Pesta akbar sandiwara internasional, yaitu Festival Sandiwara Internasional Suwon-Hwa-seong digelar mulai tanggal 15 hingga 23 Agustus lalu di propinsi Gyeong-gi dengan latarbelakang kota Suwon dan Hwa-seong yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Sedunia.
Karya yang dipanggungkan langsung oleh masyarakat sipil Korea, 15 karya undangan dari Australia, Swiss, dan Indonesia, lokakarya dan sebagainya, dipentaskan dalam festival sandiwara kali ini.
Dalam festival sandiwara yang diadakan di bawah judul 'Sandiwara yang dinikmati bersama masyarakat' tersebut, tentunya ada kesempatan untuk masyarakat Korea bisa menikmati salah satu pertunjukan budaya tradisional Indonesia, wayang.
Tokoh yang memanggungkan karya berjudul 'Dewa Ruci' adalah Ki Enthus Susmono. Maka, kami coba kontak Ki Enthus Susmono lewat telepon.
Bagaimana asal muasalnya Ki Enthus menjadi dalang, bagaimana reaksi masyarakat Korea terhadap pertunjukan wayang dan bagaimana kesan Ki Enthus terhadap pertunjukan di Korea? Mari kita dengarkan suasana Festival Sandiwara Internasional Suwon-Hwa-seong lewat cerita tokoh utama untuk bulan September, Ki Enthus Susmono~