Salah satu halangan dalam kehidupan di luar negeri, tiada lain adalah perbedaan bahasa. Akibat perbedaan bahasa seperti itu, warga asing yang tinggal di luar negeri seringkali menghadapi masalah.
Untuk mengatasi masalah yang diakibatkan perbedaan bahasa, pemerintah Korea berusaha untuk lebih erat merangkul warga asing dengan melaksanakan berbagai kebijakan.
Salah satu lembaga yang dilahirkan untuk memuaskan visi seperti itu, adalah Sekolah Bahasa Multibudaya yang berlokasi di kota Ansan yang dijuluki 'Desa tanpa Pembatasan Negara'.
"Meskipun warna kulit, bahasa dan negara asal juga berbeda, sekarang kita berlari menuju tujuan yang sama."
Sekolah Bahasa Mulibudaya yang terdiri dari guru warga asing yang tinggal di Korea, mengajarkan bahasa Korea dalam bahasa ibu mereka, sedangkan mengajar bahasa asing masing-masing dalam bahasa Korea di bawah moto 'Memperkenalkan bahasa Korea ke dunia dan bahasa asing ke Korea'.
Diantara beberapa guru yang mewujudkan 'Bhineka Tunggal Ika' di Korea seperti itu, terdapat seorang guru asal Indonesia, bernama Eko Darmiyati.
Hari ini kami mengundangnya ke studio siaran kami untuk berbincang-bincang tentang pengalaman dan perjalanan ibu Eko di Korea. Nah, sdr. berikut bincang-bincang rekan Daulat Pane dengan ibu Eko Darmayati~