Tgl.15 Agustus 1945... Hari itu adalah hari kemerdekaan Joseon yang diidam-idamkan seluruh rakyat selama 36 tahun. Pukul 12 siang pada tgl.15 Agustus 1945, terdengar pidato kaisar Jepang yang menyerah kalah yang disampaikan melalui radio selama 30 menit. Dengan pidato tersebut, Imperial Jepang runtuh dan Joseon menjadi merdeka. Suara sorak-sorai rakyat yang penuh kegembiraan mendengar kemerdekaan mereka terdengar di mana-mana, dan seluruh rakyat Joseon meneriakkan kemerdekaan dan lagu nasional Korea dengan keras sambil memegang bendera nasional Korea Taegeukgi. Jiwa bangsa yang terputus, kembali hidup di Semenanjung Korea, dan sejarah baru untuk membangun tanah air yang merdeka baru dimulai.
‘Kemerdekaan' Joseon tidak dipetik secara spontan, melainkan hasil sejarah luar biasa yang diperoleh melalui gerakan anti Jepang untuk kemerdekaan. Di Semenajung Korea, impian mendirikan negara yang merdeka dan bebas mulai terbentang. Setelah merdeka, masyarakat Korea mulai berupaya memperoleh kembali identitasnya sebagai bangsa Korea, terlepas dari sisa penjajahan Jepang. Perubahan yang cepat itu mulai cemerlang di bidang budaya populer.
Lagu-lagu yang mengandung kegembiraan kemerdekaan giat dirilis. Orang-orang Korea yang ditarik Jepang ke pangkalan-pangkalan militer, pabrik, dan tambang serta pahlawan nasional Korea pulang ke tanah airnya. Namun, kegembiraan meraih kemerdekaan yang melepaskan rakyat Korea dari belenggu penjajahan Jepang selama 36 tahun tidak berlangsung lama. Garis lintang 38 derajat menjadi bibit terbaginya Korea menjadi dua, dan situasi politik di negara ini juga menjadi kacau balau. Bangsa Korea mengatasi rasa kesengsaraan dan kepedihan dengan memiliki keyakinan dan harapan akan kemerdekaan.... Kegembiraan atas kemerdekaan itu telah menyemarakkan harapan bagi berdirinya negara yang kaya, dan itu telah menjadi panji-panji penuh harapan yang membangun Korea hingga saat ini.