Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Jige Eosayong / Bongdeoki Taryeong / Bongdeoki Chatgi

#Citra Musik Korea l 2023-10-20

Citra Musik Korea

Jige Eosayong / Bongdeoki Taryeong / Bongdeoki Chatgi
Jige Eosayong
Dahulu orang Korea menggunakan kayu bakar untuk keperluan sehari-hari. Kayu bakar sangat penting untuk menyalakan tungku saat memasak dan memanaskan rumah saat musim dingin. Semua penduduk desa mencarinya di mana-mana sampai akhirnya kayu-kayu di hutan sekitar desa habis. Orang-orang pun semakin susah untuk mendapatkannya lagi, bahkan harus pergi jauh ke hutan belantara untuk mendapatkannya. Karena itulah muncul pekerjaan penebang kayu yang pandai dan ahli mencari kayu bakar. Mereka berani masuk jauh ke dalam hutan berbahaya yang banyak sekali harimau dan binatang buasnya. Oleh karena itu, penebang kayu yang tengah bekerja sendirian sepanjang hari di dalam hutan dan pegunungan sering merasa kesepian. Untuk menghilangkan rasa kesepian itu penebang kayu biasanya kerja sambil menyanyikan lagu yang biasa disebut dengan lagu Eosayong (어사용). 

Bongdeoki Taryeong
Jige adalah alat yang terbuat dari batang kayu keras yang diikat sedemikian rupa sehingga memudahkan orang saat memanggul beban. Sedangkan kata eosayong dalam judul lagu di atas diduga berhubungan dengan lagu Beompae, musik ritual Budha. Nama lain dari lagu Beompae adalah Eosan.  Kesamaan kedua lagu ini adalah memiliki melodi dengan nada yang panjang serta naik turun. Kedua lagu ini juga dinyanyikan dengan nada sederhana dan sedih yang merupakan nada khas dari daerah pegunungan Gyeongsang-do dan Gangwon-do. Lagu eosayong yang lain berjudul Galgamagu Sori yang berarti nyanyian burung gagak. Dahulu orang-orang menyanyikan lagu ini sambil meratapi nasib mereka sendiri. Liriknya juga menarik karena bunyinya adalah panggilan-panggilan kepada burung gagak yang datang dari gunung Jirisan. Meski sekarang burung gagak dianggap sebagai burung yang menyeramkan dan melambangkan kematian, dahulu burung gagak dianggap sebagai burung suci yang bisa meramal masa depan. Jadi banyak yang memprediksi bahwa lagu ritual yang dulu dinyanyikan untuk menyambut para dewa ini dipengaruhi oleh musik ritual Budha dan akhirnya turun temurun menjadi lagu para penebang kayu. Lagu dengan judul Bongdeoki Taryeong (봉덕이 타령) adalah sebuah lagu yang menceritakan kisah seorang janda yang kehilangan suaminya sedang mencari putrinya yang bernama Bongdeok.

Bongdeoki Chatgi
Bongdeoki Taryeong berkisah tentang seorang janda muda yang sedang mencari putrinya yang kabur dari rumah. Meskipun dalam lirik lagu ini perempuan janda itu digambarkan sebagai perempuan berusia 39 tahun dan putrinya berusia 29 tahun, tetapi dalam lirik lagu lain, perempuan janda itu biasanya digambarkan masih berusia 19 tahun sedangkan putrinya lebih tua, yaitu 29 tahun. Banyak orang yang heran, kenapa anaknya malah lebih tua dari ibunya. Tetapi sebenarnya jawaban itu bisa ditemukan dalam lirik bagian akhir. Kalau dirasakan dan diperhatikan lagi lebih dalam, lagu ini dimulai dengan melodi sedih yang menggambarkan seorang janda yang sedang menghadapi segala rintangan saat mencari putrinya. Ini membuat pendengarnya menjadi terbawa suasana. Sehingga banyak orang yang mengartikan bahwa lagu itu sedang menceritakan tentang dunia yang sebenarnya telah terbalik di mana orang-orang yang pekerja keras menjadi makin miskin sedangkan para bangsawan yang hanya duduk-duduk dan bermalas-malasan saja malah hidup makmur dan sejahtera.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >