Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Kakak (Bagian 1) - Shim Ah-jin

2024-01-05

ⓒ Getty Images Bank
Saat pertama kali kami melihat Jeong Mu-un, kakak sangat terkejut. Ia sama sekali tidak memberikan perhatian kepada kakak, yang membuat kakak semakin penasaran padanya. Sebenarnya, pria seperti apakah Jeong Mu-un, hingga ia bisa-bisanya tidak memberikan secuil pun perhatian pada kakak?

- Cuplikan program: 


Aku mengerahkan semua tenagaku. Aku memeras otakku, menggunakan uangku, bahkan memanfaatkan penampilanku. Aku bahkan sengaja meninggalkan karcis loto yang beruntung di kursi busnya. Tapi ia malah membuang karcis itu ke bawah kursi. Ia bahkan tidak memberikan perhatian saat seorang kakek meninggalkan tasnya di kursi. Padahal dari sela-sela ristleting tas yang terbuka itu di dalamnya terlihat jelas ada setumpuk uang.
Aku pun mulai putus asa. Semua hal yang tidak boleh ataupun harus terjadi, dan semua hal yang bisa ataupun mustahil terjadi memiliki nilai yang sama di mata Mu-un.

나는 백방으로 뛰어다닌다.
머리를 굴리고 돈을 쓰고 미모를 이용한다.
그가 앉을 마을버스 좌석에 지난주 당첨 복권을 두기도 한다.
하지만 그는 종이를 그대로 좌석 아래로 떨어뜨리고 만다.
그는 심지어 어떤 노인이 벤치에 놓고 간 가방을 보고도 관심을 보이지 않는다.
가방의 지퍼 틈으로 돈뭉치가 삐죽 올라와 있기까지 한데도 말이다.
델포이의 사장이 느닷없이 인센티브를 챙겨주는데도 덤덤하다.     

나는 필사적이다.        
하지만 정무운은 여전히 나에 대해서도, 내가 하는 일에 대해서도 관심을 보이지 않는다.
그는 하지 말아야 할 일이나 해야 할 일,
할 수 없는 일이나 할 수 있는 일 모두에 공평하게 무관심하다.


Sang kakak memberikan malapetaka, sementara sang tokoh utama memberikan keberuntungan. Namun, tidak peduli betapa beruntung ataupun malang nasibnya, Mu-un tidak menunjukkan kebahagiaan ataupun kesedihan. Pekerjaannya sangat sederhana, ia harus merawat ibunya yang menderita demensia dan ia tidak memiliki kekasih. Ia juga tidak memiliki rencana ataupun impian untuk masa depan. Situasi yang Mu-un alami tidak jauh berbeda dengan nasib banyak kaum muda Korea Selatan di masa kini..


Sesuatu menghalanginya.
Muncul sosok yang menyerupai bunga berwarna jingga. Bukan bunga prem dan juga bukan bunga azalea. Kami pun sadar, bahwa sosok itu bukanlah bunga, melainkan adik bungsu kami!
Dari ujung kepala hingga ujung kakinya terbungkus oleh warga jingga – mulai dari pita, anting-anting anting-anting, baju, rok, hingga sepatunya. Adik memberikan senyuman sebelum berpura-pura tersungkur di lantai.
“Aduh! Pak, bisakah Anda menolong saya?”
Mu-un berjalan dengan perlahan dan berhenti di samping adikku sejenak.
“Ah, ternyata kamu, Mu-un. Bisakah kamu menolongku?” 
Aku dan kakak pun tercengang. Bagaimana adik kami bisa mengenal Mu-un?

갑자기 무언가가 시야를 가린다.  
매화도 아니고 진달래도 아니지만 
어쨌거나 꽃이라고밖에 여길 수 없는 분홍덩어리다.
물론 우리는 곧바로 그게 꽃이 아니라는 사실을 알아차린다.
막내다.
분홍 리본, 분홍 귀고리, 분홍 후드티에 분홍 스커트, 분홍 신발,
분홍 일색, 아니 분홍 자체라 해야 할 그것이 
우리에게 씩 웃어 보이나 싶더니
너무나 자연스럽게 다리를 꼬며 넘어진다.   

“저기요. 좀 도와주시겠어요?”

평범한 남자라면 달려와 다친 데를 살피고 부축해 일으키면서
본의 아니게 신체 여러 부위를 만질테지만,
우리의 정무운은 역시 다르다.
걷는 속도를 바꾸지 않고 느긋하게 다가오더니 막내 옆에 잠시 멈췄을 뿐이다.

“어머, 무운씨! 저 좀 도와주세요.” 

언니와 나는 적잖이 놀란다.
막내가 정무운과 아는 사이인가?


 
Shim Ah-jin (lahir 1972 di Masan, Propinsi Gyeongsang Selatan)
    - Debut: Cerita pendek “Waktu Minum Teh”(1999)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >