Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Lukisan Pohon Pinus Ciptaan Solgeo

2018-07-04

ⓒ YONHAP News

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pelukis bernama Solgeo yang hidup pada era Kerajaan Shilla.

Solgeo dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Oleh karena itu, ia tidak pernah mendapat pendidikan layak dalam melukis.

Namun, Solgeo dapat menjadi pelukis terkenal berkat usahanya sendiri.

Pada suatu hari seorang biksu datang dan meminta Solgeo untuk menggambar sebuah lukisan di tembok kuil buddha Hwangyongsa, salah satu kuil terbesar dan terkenal di seluruh Kerajaan Shilla.

Solgeo : "Wah aku mendapat tawaran untuk melukis di kuil yang sangat terkenal. Aku jadi bingung harus melukis apa, ya?"

Selama berhari-hari Solgeo kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dia lukis.

Solgeo : "Baiklah kuputuskan akan melukis pohon pinus. Aku bisa membuat lukisan pohon pinus dengan sangat bagus."

Solgeo mulai membuat lukisan pohon pinus pada tembok kuil Hwangryongsa.

Ia kemudian melukis batang, ranting dan daun pinus dalam sekejab.

Solgeo : "Akhirnya selesai sudah lukisan pohon pinus ini. Semoga biksu itu puas dengan hasilnya."

Meskipun demikian, setelah lukisan pohon pinus itu selesai, hari-hari berikutnya banyak hal-hal aneh yang terjadi.

Sejumlah burung seperti burung gereja, burung layang-layang, dan burung gagak ditemukan mati di bawah lukisan pohon pinus tersebut.

Penduduk : "Kenapa ya burung-burung mati di bawah tembok kuil Hwangryongsa? Aneh sekali!"

Biksu : "Apakah burung-burung itu mengira pohon pinus yang terlukis pada tembok itu adalah pohon pinus asli?"

Semua biksu di kuil Hwangryongsa dan penduduk di daerahnya merasa heran dengan kejadian tersebut.

Tidak lama kemudian mereka melihat burung-burung terbang menuju lukisan itu, tertabrak lalu jatuh dan mati.

Para biksu dan penduduk pun yakin burung-burung itu mengira lukisan pohon pinus adalah pohon yang asli.

Peristiwa itu mulai tersebar ke seluruh negeri sehingga banyak orang yang datang untuk melihat lukisan pohon pinus yang sangat bagus itu.

Penduduk : "Wow...bagus sekali. Ini benar-benar seperti pohon pinus asli."

Penduduk : "Iya, masuk akal jika burung-burung sampai tertipu dan mencoba hinggap di lukisan ini."

Banyak penduduk yang datang dan menyentuh lukisan pohon pinus pada tembok kuil Hwangryongsa sehingga warna lukisannya menjadi pudar.

Biksu : "Lukisan pohon pinus ini semakin jelek karena warnanya sudah pudar. Sepertinya lukisan itu perlu diwarnai lagi supaya kelihatan indah seperti dulu."

Ketua biksu kuil Hwangryongsa memanggil seorang pelukis lain untuk memperbaiki warna pada lukisan pohon pinus itu.

Namun, anehnya sejak lukisan itu diperbaiki, tidak ada burung yang mencoba hinggap atau bahkan mendekatinya.

Biksu tersebut akhirnya menyadari bahwa keindahan karya seni tidak dapat ditiru karena setiap karya seni mengandung jiwa seniman yang menciptakannya.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >