Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Dua Korea Menyediakan Landasan Untuk Kompromi

2015-10-06

Dua Korea Menyediakan Landasan Untuk Kompromi
Pada tgl.13 Juni tahun 2000, sejarah baru dimulai di Semenanjung Korea. Setelah Korea terbagi menjadi dua, pemimpin dari Korea Selatan dan Korea Utara bertemu di Pyongyang, Korea Utara. Pertemuan kedua pemimpin tersebut merupakan yang pertama kali sejak absen selama 55 tahun setelah Semenanjung Korea terbagi menjadi dua pada tahun 1945. Pertemuan pertama pemimpin dua Korea menorehkan tinta emas bagi hubungan kedua Korea dengan mengeluarkan 'Pernyataan Bersama 15 Juni.' ‘KTT antara Korea Selatan dan Korea Utara' pada bulan Juni tahun 2000 merupakan hasil kompromi dan kerjasama yang dilaksanakan oleh dua Korea.

Setelah Perang Korea meletus, hubungan kedua Korea mulai berubah sejak keluarnya 'Pernyataan Bersama 4 Juli' tahun 1972. Suasana kompromi tahun 1972 tidak lama berlanjut, dan konflik dua Korea semakin mendalam. Walaupun pertukaran dua Korea tingkat swasta dilaksanakan, namun konflik politik dan militer tetap berlangsung. Setelah pemerintahan ke-6 tahun 1988, Presiden Roh Tae-woo pada waktu itu menganggap Korea Utara sebagai mitra baik, dan mendesak pembukaan pertemuan dua Korea.

Desakan tersebut diterima oleh Korea Utara, sehingga kedua Korea mulai membuka dialog tingkat Perdana Menteri tahun 1990, serta wakil dua Korea mengadopsi 'Surat Kesepakatan Mendasar dua Korea' pada bulan Februari tahun 1992 lalu. Namun, pertemuan pada waktu itu tidak terwujud karena Korea Utara mempermasalahkan rencana latihan militer yang dilaksanakan oleh Korea Selatan secara teratur. Masalah KTT dua Korea mulai dibahas sejak bulan Februari tahun 1993 setelah peluncuran pemerintahaan Kim Young-sam.

Pada tahun 1994, Korea Utara menyatakan keinginannya untuk menerima usulan pembukaan KTT dua Korea. Setelah itu, kontak sementara tingkat Wakil Perdana Menteri digelar di Panmunjeom untuk membahas pembukaan KTT kedua Korea, dan sejak tgl.25 Juli tahun 1994, kedua pihak sepakat untuk menggelar KTT. Namun, akibat wafatnya pemimpin Korea Utara Kim Il-song pada tgl.8 Juli tahun itu, pertemuan kedua Korea tidak terwujud, dan hubungan keduanya kembali mendingin.

Hubungan kedua Korea membaik setelah pemerintahan Kim Dae-jung yang memperkenalkan 'Kebijakan Sinar Mentari' tahun 1998 lalu. Kebijakan Sinar Mentari pada waktu itu tidak disambut hangat karena Korea Selatan mengalami kesulitan ekonomi akibat pengontrolan dari Dana Moneter Internasional. Korea Utara juga memprotes kuat kebijakan tersebut. Namun, mendiang Ketua Grup Hyundai Chung Ju-yung mengunjungi Korea Utara pada tahun 1998 dengan membawa sejumlah sapi, kemudian hubungan kedua Korea memasuki babak baru. Pada tgl.18 November tahun yang sama, kapal pesiar Geumgangsan berlayar, sehingga pariwisata gunung Geumgangsan dimulai. Hal tersebut serasi dengan Kebijakan Sinar Mentari pemerintahan Kim Dae-jung, sehingga mengubah konfrontasi menjadi hubungan kerjasama dan kompromi. Setelah pertemuan kedua negara, pertukaran kemudian diperluas. Pada tgl.29 Juli, pertemuan tingkat menteri dua Korea yang dihentikan sejak tahun 1992 kembali digelar di Seoul.

Rreuni keluarga terpisah yang dihentikan sejak tahun 1985 kembali dibuka mulai tgl.15 hingga 18 Agustus sampai tahun 2007. Pertemuan dua Korea yang dibuka pada bulan Juni tahun 2000 mengubah ketidakpercayaan dan konfrontasi menjadi hubungan kompromi dan kerjasama. Namun, hubungan dua Korea tetap menghadapi jalan buntu akibat pengembangan nuklir, peluncuran roket jarak jauh, kasus penenggelaman kapal Cheonan, penembakan terhadap pulau Yeonpyeongdo, dll.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >