Menlu Korsel dan Indonesia Bertemu di Seoul, Bahas Lanjutan Proyek KF-21
2024-03-19 14:40:05
Konflik antara Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) yang berlanjut sejak akhir tahun lalu, diharapkan akan lebih memuncak untuk beberapa waktu ke depannya. Korea Utara tidak seperti biasanya mengadakan sesi pleno Komite Sentral Partai Buruh Korea yang berkuasa di akhir tahun lalu.
Tidak adanya “hadiah Natal” yang sebelumnya dikatakan Korea Utara, memang dipengaruhi oleh pencegahan provokasi dari AS dan keputusan strategis dari Korea Utara. Pada akhir tahun lalu, AS berupaya keras untuk mencegah provokasi Korea Utara, sembari mengerahkan aset strategisnya. Khususnya di sekitar hari Natal, sebanyak empat unit pesawat pengintai Angkatan Udara AS terbang di atas wilayah udara Semenanjung Korea. Yang menarik adalah kenyataan bahwa pesawat-pesawat pengintai itu terbang secara terbuka bersamaan dengan pengoperasian peralatan identifikasi, yang biasanya tidak dioperasikan di tengah operasi militernya di semenanjung. Oleh karena itu, pengoperasian pesawat pengintai tersebut dianggap sebagai sejenis perang psikologis untuk mencegah komitmen Korea Utara dalam melakukan provokasi.
Ada yang berspekulasi bahwa Korea Utara mungkin tengah memperlambat waktunya untuk memaksimalkan sinergi provokasinya. Dengan kata lain, dengan melewati jadwal waktu yang diperkirakan, Korea Utara memuncakkan ketidakpastian regional. Dengan demikian, Korea Utara mungkin melakukan aksi provokatif pada sekitar awal bulan Januari, setelah pertemuan Komite Sentral Partai Buruh Korea berakhir. Dalam hal ini, perhatian tertuju pada jenis senjata strategis baru apa yang dikutip oleh pemimpin Kim. Otoritas militer Korea Selatan menganggapnya sebagai ICBM dan rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM). Demikianlah ICBM diperkirakan kemungkinan besar berkaitan dengan “uji coba yang penting,” yang baru-baru ini dinyatakan Korea Utara. Dalam hal pengujian mesin ICBM, Korea Utara dipastikan telah meningkatkan waktu pembakarannya secara besar-besaran dari 200 detik pada tahun 2017, menjadi 7 menit. Hal ini berarti bahwa daya pendorong mesin meningkat pesat, yang bisa meningkatkan berat hulu ledak nuklir untuk ICBM. Bahkan muncul kemungkinan bahwa proyektil satelit seperti roket Unha dan Kwangmyoengsong yang dipasang dengan mesin tipe baru dapat diluncurkan. Korea Utara mungkin melakukan uji ICBM, sekaligus mengklaim hak untuk menggunakan ruang angkasa dengan damai.
Namun, peluncuran ICBM tampaknya dapat memicu kondisi yang lebih buruk, karena AS menganggap bahwa Korea Utara melewati apa yang disebutnya dengan “garis merah” atau batas yang tidak boleh dilampaui. Oleh karena itu, Korea Utara diperkirakan akan sedikit menurunkan tingkat provokasi dengan meluncurkan SLBM. Meskipun pemimpin Kim Jong-un mengambil tekanan yang keras, namun pihaknya masih tetap membuka pintu dialog nuklirnya.
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42
2024-02-02 14:21:28