Para wanita yang mengenakan pakaian penyelam yang berwarna hitam terjun ke dalam laut. Alat penyelaman mereka hanya kacamata renang dan sebuah alat kecil untuk mengambil hasil laut. Modal mereka hanya percaya diri dan kemampuan untuk bernafas di dalam air laut. Setelah menarik nafas dalam-dalam, mereka memasuki laut. Setelah menyelam sampai dasar laut, para wanita itu mengambil hasil laut dengan penuh rasa terima kasih. Mereka tiada lain adalah para wanita penyelam di pulau Jejudo.
Para wanita penyelam di Jejudo langsung terjun ke dalam laut yang menantang dengan rasa tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Berkat usaha mereka, keluarga bisa makan dan anak-anak bisa membeli pensil dan buku tulis. Para wanita penyelam yang memiliki cinta kasih mendalam sebagai ibu... Pada tgl. 30 November lalu, UNESCO memasukkan budaya wanita penyelam atau Haenyeo di Jejudo sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Sebelum budaya Haenyeo di Jejudo didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, ada orang yang memperhatikan mereka. Dia tiada lain adalah sutradara film Koh Hee-young. Dia tetap tinggal di pulau Udo yang bisa disebut sebagai tempa asal dari wanita penyelam di Jejudo selama 7 tahun. Dia langsung mengambil kehidupan Hanyeo di sana dengan kamera. Dan tahun ini, dia menampilkan film dokumenter 'Breathing Underwater' ke masyarakat. Nah, saudara, mari kita temui sutrada Koh Hee-young yang menampilkan penampilan wanita penyelam di Jejudo di dalam film dokumenter melalui acara Sumber Inspirasi Budaya.