Aksi mogok kerja serikat pengemudi truk angkut telah berlangsung lebih dari seminggu di Korea Selatan.

Kementerian Pertanahan dan Transportasi Korea Selatan bersama Serikat Pengemudi Truk Angkut pada Rabu (30/11) dilaporkan telah mengadakan negosiasi kedua, namun gagal mencapai kesepakatan.

Menteri Pertanahan dan Transportasi Won Hee-ryong mengatakan bahwa pertemuan formal untuk mengungkap alasan saja tidak cukup, menambahkan bahwa pertemuan dapat ditinjau kembali dari awal.

Kementerian telah mengirimkan perintah untuk kembali bekerja yang dikeluarkan pada 29 November terhadap 445 pengemudi truk di industri semen, atau mencakup sebesar 18 persen dari total 2.500 pengemudi truk yang melakukan aksi mogok kerja.

Namun, pihak pengemudi truk menanggapi dengan mengatakan tidak akan menuruti perintah tersebut dan akan melanjutkan aksi mogok kerja.

Serikat Pengemudi Truk Angkut juga mengkritik pihak kementerian yang mengirim perintah tersebut melalui SMS tanpa persetujuan terlebih dahulu.

Sementara itu, Kantor Kepresidenan mengatakan pihaknya sedang meninjau beberapa pilihan, di antaranya penghapusan sistem tarif aman, jika pihak serikat pengemudi truk melanjutkan aksi mogok kerja.

Karena aksi mogok kerja yang telah berlangsung dalam jangka panjang tersebut, kerugian industri semakin meningkat. 

Pengiriman semen menurun 10 persen dibandingkan hari-hari biasanya. Terlebih lagi, enam dari sepuluh lokasi konstruksi telah menghentikan pekerjaan penuangan beton.

Asosiasi Semen Korea Selatan menyatakan jumlah kumulatif kerugian penjualan telah mencapai 95,6 miliar won hingga 30 November.

Ditambahkannya, jika aksi mogok terus berlangsung hingga Januari, maka jumlah kerugian akan melebihi kerugian yang diakibatkan semasa aksi mogok kerja pada bulan Juni lalu berlangsung.