Tembok Istana Gyeongbokgung yang sempat dirusak oleh aksi vandalisme beberapa waktu lalu, kini telah dibuka kembali untuk publik selama 19 hari setelah upaya pembersihan dan restorasi tahap pertama.

Administrasi Warisan Budaya Korea pada hari Kamis (04/01) mempublikasikan tembok istana yang telah rampung dibersihkan dari tulisan dengan cat semprot. Pihaknya berencana untuk melanjutkan upaya restorasi tahap berikutnya untuk mencocokkan warna dengan tembok sekitarnya, setelah musim dingin berakhir. 

Hingga kini, tingkat prosedur restorasi tembok Istana Gyeongbokgung telah mencapai di kisaran 80%. 

Menurut Administrasi Warisan Budaya, biaya untuk restorasi tahap pertama, termasuk penggunaan pembersih laser dan pembersihan uap, telah mencapai lebih dari 20 juta won, bahkan rata-rata lebih dari 29 personil spesialis restorasi warisan budaya turut dikerahkan setiap hari selama periode restorasi. 

Demikian, berdasarkan 'Undang-Undang Perlindungan Warisan Budaya' yang direvisi pada tahun 2020, badan itu memutuskan untuk meminta ganti rugi kepada para pelaku vandalisme di Istana Gyeongbokgung, dengan memperkirakan seluruh biaya restorasi, termasuk biaya tenaga kerja profesional, hingga biaya sewa peralatan dan lain-lain. 

Adapun Administrasi Warisan Budaya juga menginisiasikan sistem dalam langkah pencegahan aksi terorisme terhadap warisan budaya, yang mencakup upaya untuk lebih memperketat sistem pengawasan dan keamanan. 

Di bawah sistem pencegahan dan perlindungan aset yang lebih kuat itu, jumlah aktivitas pengawasan di sekitar istana, khususnya pada malam hari akan ditingkatkan hingga 8 kali dari yang sebelumnya 2 hingga 4 kali. Termasuk penambahan 20 kamera pengintai (CCTV) di sekitar tembok Istana Gyeongbokgung.

Terlebih lagi, untuk mencegah aksi vandalisme agar tidak terjadi kembali, Administrasi Warisan Budaya juga akan memasang sebanyak 110 CCTV tambahan di sekitar istana yang ada di Seoul, termasuk Istana Changdeokgung dan Istana Deoksugung.