Roket peluncur berbahan bakar padat kini tengah mendapatkan sorotan dari segi militer, karena hal tersebut menggunakan teknologi rudal balistik antarbenua. Dimana Korea Selatan berencana untuk meluncurkan satelit pengintai dengan roket tersebut pada dua tahun mendatang.
Sejalan dengan revisi perjanjian misil antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) yang memungkinkan penggunaan bahan bakar padat pada roket peluncur ke luar angkasa pada tahun 2020 lalu, militer Korea Selatan telah aktif mengembangkan roket peluncur tersebut.
Setelah militer Korea Selatan berhasil melakukan uji coba putaran pertama pada bulan Maret tahun lalu, Korea Utara mengklaim bahwa pihaknya berhasil melakukan eksperimen serupa pada bulan Desember tahun yang sama.
Dua pekan kemudian, Korea Selatan berhasil melakukan uji coba putaran kedua, dan pada bulan April tahun ini, Korea Utara menuntut kesuksesan peluncuran rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat 'Hwasong-18'.
Militer Korea Selatan menilai bahwa fitur dan kinerja roket peluncur tahap pertama oleh Korea Selatan lebih unggul 1,5 kali lipat daripada Hwasong-18.
Selanjutnya militer Korea Selatan berencana untuk meluncurkan roket peluncur berbahan bakar padat pada dua tahun kemudian dengan membawa satelit pengintai militer.
Sementara itu, Korea Utara mengkritik keras Korea Selatan dan AS karena peluncuran satelit pengintai militer Korea Selatan melalui roket Falcon 9 menunjukkan sikap mendua.