Administrasi Proyek Akuisisi Pertahanan memutuskan akan mengembangkan rudal udara-darat yang bisa dipasang pada helikopter bersenjata ringan (LAH).
Rudal udara ke darat itu merupakan senjata berpandu yang bisa menembak tank musuh dengan presisi, dan rencananya akan menggantikan rudal anti-tank, TOW, yang sudah lama dioperasikan militer Korea Selatan.
Rudal udara-darat LAH bisa melacak target yang tidak mungkin terdeteksi dengan mata telanjang, jadi meningkatkan kemampuan serangan presisi besar-besaran dan juga kemampuan pertahanan diri pilot helikopter.
Proyek itu akan ditangani Lembaga Sains Pertahanan dengan biaya 160 miliar won. Sistem tempur akan rampung hingga tahun 2022 dan akan mulai diaplikasikan dan diproduksi massal mulai tahun 2023.
Komisi Proyek Akuisisi Pertahanan juga menetapkan akan mengembangkan kapal perang pengawal generasi baru dan kendaraan kendali pasukan infantri dengan menggunakan teknologi lokal. Kapal pengawal ini memiliki keunggulan dalam melacak fasilitas anti-kapal perang, anti-udara dan anti-kapal selam, dan diharapkan berkontribusi dalam menghadapi provokasi musuh di perairan lepas.
Pengaplikasian kendaraan kendali pasukan infrantri akan meningkatkan kecepatan strategis pasukan infantri.
Sementara itu, komisi proyek akuisisi pertahanan kali ini belum menentukan jenis pesawat pengisian bahan bakar di udara. Angkatan Udara Korea Selatan tengah mengupayakan memasok pesawat pengisian bahan bakar udara selama 20 tahun terakhir untuk memperpanjang durasi terbang di udara.
Tapi, proyek itu harus ditangguhkan akibat perseteruan soal urgensi pesawat tersebut. Pihak oposisi mengangkat soal urgensinya pengoperasian pesawat pengisian bahan bakar yang menelan biaya luar biasa sementara lebar Semenanjung Korea cukup sempit.
Akan tetapi, pilot jet tempur di Angkatan Udara terus menegaskan perlunya hal tersebut dengan mengatakan negara-negara yang memiliki lahan lebih sempit atau setara dengan luas lahan Korea Selatan sudah memilikinya.
Militer menerangkan masa pengeporasian jet tempur utama saat ini jauh lebih singkat, misal jet tempur F-15 hanya bisa dioperasikan selama 20 hingga 30 menit dan KF-16 hanya 5 hingga 10 menit saja. Sementara, pasukan bela diri Jepang yang memiliki 4 unit pesawat pengisian bahan bakar sejak tahun 2003, sudah bisa melakukan operasi selama 24 jam.