Syamanisme adalah kepercayaan spiritual tradisional dimana orang-orang mengungkapkan keinginan naluriah mereka dengan bergantung pada alam. Di dalamnya terdapat cara mereka memandang dunia. Dengan kata lain, itu merupakan keyakinan sederhana tapi kuat, dewa yang digambarkan dengan alam tidak mengabaikan keinginan mereka yang tulus itu. Kepercayaan perdukunan tersebut berpengaruh besar di wilayah berkondisi alam yang buruk dan berbahaya, utamanya di pulau-pulau atau daerah pantai di Korea. Di daerah pantai timur Semenanjung Korea, khususnya Provinsi Gangwon dan Gyeongsang, diadakan selamatan bernama Byeolsingut 2 atau 3 kali setiap tahun demi berharap kemakmuran desa dan penangkapan ikan berlimpah. Kebanyakan dukun yang melakukan upacara ritual tradisional itu tidak ditakdirkan, tetapi diwariskan dari keluarganya berprofesi sebagai dukun secara turun-temurun. Karena, mereka mendengarkan nyanyian dan irama musik untuk upacara perdukunan sejak usia dini, presentasi artistik mereka luar biasa.
Musisi master Kim Seok-chul lahir di keluarga dukun di daerah Yeongil, Provinsi Gyeongsang Utara pada tahun 1922. Kakek dari pihak ayah adalah putra tunggal di keluarga kaya menjalankan bisnis Hanji, kertas tradisional. Sementara, leluhurnya itu sedang menonton upacara ritual yang berharap penangkapan banyak ikan, dia terpesona kepada seorang dukun perempuan. Sejak itu, perdukunan menjadi profesi keluarganya.
Di zaman sekarang, Gut atau upacara ritual ditunjuk sebagai Warisan Budaya Non-Bendawi Penting dan dukun juga dihormati sebagai seniman tetapi di zaman dahulu, profesi dukun dipandang rendah oleh masyarakat. Secara khusus, selama 1960-an dan 70-an, perdukunan dianggap sebagai tahyul dan berbahaya bagi masyarakat, sehingga harus dihapus sesegera mungkin. Waktu itu, banyak dukun meninggalkan profesi, karena penghinaan sosial. Namun berkat beberapa orang yang berhasil mengatasi masa sulit itu, warisan budaya yang berharga diturunkan hingga saat ini.
Kim Seok-chul pintar bermain Janggu dan menari. Namun demikian, dia memiliki kerampilan luar biasa untuk memainkan instrumen Taepyeongso. Pada umumnya, instrumen musik tiup ini dapat menghasilkan bunyi keras dan nyaring, sehingga bertanggung jawab atas melodi dalam musik petani, Nongak atau musik untuk pawai militer. Karena, melodi musik tersebut relatif sederhana, maka terpaksa diulang dalam waktu 10 menit jika dimainkan Taepyeongso. Namun, Kim Seok-chul berbeda. Dia mengakui bahwa dia bisa memainkan melodi yang berbeda-beda dengan Taepyeongso selama tiga hari. Meskipun berasal dari keluarga dukun terkenal, dia tidak hanya berfokus pada tradisi saja, tapi juga selalu melakukan upaya untuk mencari melodi baru. Karena itulah, dia juga bergabung dengan musisi asing. Sebuah film dokumenter berjudul "Terima kasih Bapak Kim" menggambarkan perjalanan seorang musisi asal Australia yang terpesona dengan permainan musik Kim Seok-chul ke Korea untuk mendapatkan pelajaran dari musisi master Korea itu.