Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Pohon Dedalu

#Citra Musik Korea l 2014-05-28

Citra Musik Korea

Pohon Dedalu
Karena tidak ada rumput dan bunga di tanah barbar, nuansa musim semi tidak terasa walaupun musim semi telah tiba


Itulah sebagian puisi yang ditulis penyair di kerajaan Tang, Cina, yang menggambarkan pesona wanita cantik di kerajaan Han, Wang Zhaojun yang menikah dengan suku barbar. Nuansa musim semi di Korea Selatan pada tahun ini juga rasanya seperti itu, karena banyaknya jiwa-jiwa yang masih muda cepat meninggal dunia tanpa sempat bermekaran akibat bencana feri Sewol. Demikianlah musim semi telah kita lewati, dan tanpa disadari, nuansa musim panas juga terasa telah tiba. Nah, Citra Musik Korea edisi hari ini menemani anda dengan kisah dan musik yang terkait dengan pohon dedalu.

Di masa lalu, kondisi jalan belum bagus, sehingga banyak yang naik kapal ketika mereka mengadakan perjalanan jauh atau mengangkut banyak barang. Oleh karena itu, tempat-tempat perahu selalu diserbu oleh orang-orang yang akan pergi dan akan ditinggalkan. Namun, mereka tidak bisa tahu kapan mereka bisa bertemu kembali, sehingga perpisahannya menjadi terasa lebih menyedihkan. Di sekitar sungai, terdapat banyak pohon dedalu. Katanya, pohon dedalu mudah mengeluarkan akar jika dahan yang dipotong kemudian ditanam dengan baik di dalam tanah. Oleh karena itu, orang yang akan ditinggalkan memberikan dahan pohon dedalu kepada orang yang akan pergi agar dahan pohon dedalu itu ditanam di tempat tujuannya pergi dan menganggapnya seperti orang yang ditinggalkan disini. Khususnya, menjelang musim semi ketika sungai membeku mulai mencair, jumlah orang yang akan berpisah menjadi lebih banyak lagi, sehingga batang pohon dedalu hampir tidak ada di sekitar sungai. Oleh karena itu, pohon dedalu menjadi simbol untuk cinta dan perpisahan, sampai-sampai ada yang bisa meneteskan air mata, hanya dengan menyaksikan pohon dedalu saja.

Ada kisah lain yang terkait dengan pohon dedalu. Ketika pendiri Goryeo, Wanggun, masih menjadi jenderal sebelum dia naik tahta raja, dia meminta semangkuk air tawar kepada seorang gadis di sekitar sumur karena dia merasa haus. Gadis itu memetik daun dari pohon dedalu dan memasukkannya ke dalam air. Jika terburu-buru minum air bisa mengakibatkan sakit perut, sehingga dia memasukkan daun itu agar dia meminum airnya dengan pelan-pelan. Setelah Wanggun mendirikan Goryeo, gadis itu kemudian diangkat menjadi ratu. Selain itu, ada kisah tentang gadis muda bernama Neungso. Ayah yang miskin menitipkan putri kecilnya Neungso di sebuah penginapan di wilayah Cheonan karena dia direkrut sebagai militer untuk berperang. Putrinya menangis karena takut ditinggal sendiri, dan ayahnya menusukkan tongkat dari pohon dedalu di tanah untuk menghiburnya sambil mengatakan bahwa jika pohon dedalu ini berdaun, mereka dapat bertemu kembali. Di kemudian hari, Neungso menjadi wanita yang cantik dan secara kebetulan dia bertemu dengan seorang sarjana yang pergi ke Hanyang untuk mengikuti ujian nasional. Sarjana yang lulus ujian itu bertemu kembali dengan Neungso di bawah pohon dedalu saat tengah kembali ke kampung halamannya. Katanya, lagu yang dilantunkan mereka pada waktu itu adalah 'nyanyian Cheonan Samgeori'. Memang, Neungso dapat bertemu dengan ayahnya di sana.

Biasanya, pohon bisa mendengar dan menyaksikan kisah orang-orang yang lalu lalang di tempatnya berada selama puluhan tahun. Karenanya, hanya pohon saja yang dapat mengetahui betapa banyak kisah yang terkait dengan sebatang pohon itu.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >