Seorang tentara cadangan menembak membabi buta di sebuah kamp pelatihan bagi pasukan cadangan di Seoul, pada hari Rabu (13/5/2015), dan mengakibatkan dua tewas dan tiga terluka.
Kasus ini terjadi di kamp pelatihan Divisi Infanteri ke-52 bagi pasukan cadangan di Distrik Songpa di Seoul. Sekitar pukul 10.44 di hari Rabu siang, seorang tentara cadangan bermarga Kim menembakkan senjatanya dan melukai empat orang kemudian membunuh diri.
Kasus ini dikritisi sebagai musibah buatan manusia yang bisa diprediksi, artinya pengelolaan otoritas militer yang kurang cermat menimbulkan tragedi ini.
Pelaku kasus ini tergolong sebagai prajurit yang perlu mendapat perhatian saat ia melakukan wajib militer tersebut dan saat menderita depresi. Meskipun, kemungkinan dia melakukan perbuatan itu tanpa rencana, tapi pihak militer memberikannya senjata berisi peluru dan membiarkannya ikut latihan penembakan.
Hingga kini, belum pernah ada bentuk kontrol dari pihak militer, walau sudah puluhan hingga ratusan tentara cadangan melakukan latihan penembakan dengan peluru tajam. Pada saat kasus ini terjadi, ada 3 pimpinan militer dan 6 prajurit dinas jaga, tapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak bersenjata.
Pasukan cadangan merupakan sistem yang mulai dioperasikan dari tahun 1961 untuk menghadapi ancaman dan mempertahankan diri karena kondisi Korea Selatan dan Korea Utara saling bermusuhan.
Pasukan cadangan ini akan akan dipanggil untuk masuk pada pasukan regular saat perang terjadi. Sebab itu, setelah mengikuti wajib militer para pria Korea Selatan harus mengikuti latihan militer selama 3 hari setiap tahunnya.
Namun, pengelolaan sistem pasukan cadangan menjadi longgar karena persoalan anggaran selama ini.
Melalui kasus kali ini angkatan darat Korsel berencana memperbaiki sistem pelatihan pasukan cadangannya secara menyeluruh.