Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Asal usul peribahasa 'Anjing pengejar ayam memandangi atap rumah

2018-01-03

Asal usul peribahasa 'Anjing pengejar ayam memandangi atap rumah
Pada hari yang cerah di musim gugur seekor ayam sedang berada di sebuah halaman rumah.

"Senangnya! Sinar matahari cerah dan hangat. Di sini juga ada banyak makanan."

Sang ayam merasa ia hidup bahagia karena tidak perlu mencari-cari makanan di tempat lain dan tidak dikejar-kejar binatang buas.

Akan tetapi, ada seekor sapi yang tidak suka dengan sang ayam.

"Tidak adil. Saya selalu mengangkut barang-barang berat dan bekerja di sawah di terik matahari, berpanas-panasan. Sedangkan ayam itu kerjanya hanya main-main saja di halaman, dan makanannya juga enak-enak dan banyak."

Mendengar keluhan sapi, sang ayam berkata.

"Sapi, jangan sembarangan. Kamu pikir saya cuma main-main saja? Kamu salah. Saya melakukan pekerjaan yang lebih penting daripada kamu."

"Apa katamu?"


Sapi marah dan mendekati ayam. Ayam kaget, lalu mundur ke belakang.

"Heii, jangan begitu donk! Walaupun badan saya kecil tapi saya setiap pagi membangunkan banyak orang. Saya memberitahukan permulaan hari. Apa ada yang lebih penting dari itu?"

Seekor anjing di dekat mereka, tidak sabar mendengar perkataan sang ayam.

"Hei, ayam! Memangnya kamu bisa menjaga rumah? Bisa membedakan orang baik dan jahat? Saya yang selalu menjaga rumah dari pagi hingga larut malam. Cuma berkokok pagi-pagi saja sudah bangga. Kalau kamu bilang begitu lagi, awas kamu."

"Kenapa kamu ikut campur urusan saya dengan sapi ya? Suara gonggongan kamu itu tidak ada artinya, tahu? Tapi kalau saya berkokok, orang-orang jadi tahu kalau hari sudah pagi. Saya melakukan pekerjaan yang lebih penting daripada kamu."


Anjing pun marah lalu mengonggong dengan keras sambil memelototinya.

"Apa? Memangnya kamu tahu arti gonggongan saya, heh...? Itu punya arti sangat penting."

"Tidak mungkin. Memangnya apa artinya?"

"Bebal. Itu artinya. Kalau ada orang atau binatang yang mau berbuat jahat datang, saya bilang, hei bebal! Kamu mengerti !


Sapi pun setuju dengan perkataan sang anjing.

"Benar. Jika anjing menggonggong, pencuri atau binatang pasti melarikan diri. Itu lebih penting daripada berkokok."

Setelah mendengar perkataan itu, ayam tertawa dengan sombong.

"Hei ayam! Apa yang kamu tertawakan?"

Anjing bertanya dengan marah.

"Apa? Gonggongan kamu artinya bebal? Itu yang lucu. Siapa pun yang dengar, mereka tahunya kamu bilang 'Saya bebal, saya bebal’ Ha Ha Ha...."

"Apa? Saya yang bebal? Kamu sudah bosan hidup ya?"


Karena ayam terus mengolok-oloknya, si anjing menggigit jengger ayam. Ayam terkejut lalu terbang ke atap rumah.

Ayam berkata sambil menyentuh jenggernya yang menjadi runcing.

"Wah... jenggerku?! Hei anjing, kalau kamu tersinggung, ayo terbang sini. Kalau tidak bisa, diam saja di bawah situ. Kamu akui saja kalau saya dari kelas atas, sedangkan kamu dari kelas bawah."

Walaupun ayam terus menerus mengolok-oloknya, tapi si anjing tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandangi atap rumah tempat ayam berdiri.

Sapi yang melihatnya pun berkata sambil tertawa.

"Anjing yang mengejar ayam, sekarang tinggal memandangi atap rumah saja."

Sapi kembali ke kandangnya.

Mungkin, sejak itu jengger ayam menjadi runcing seperti gigi gergaji dan muncul peribahasa Korea yang berbunyi, anjing yang mengejar ayam memandangi atap rumah.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >