Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Pedang Sakti

2018-01-17

Pedang Sakti
Pada zaman dahulu kala seorang jenderal yang gagah dan bijaksana memimpin pasukan sebuah kerajaan.

Pada suatu hari yang panas dalam perjalanan untuk menaklukkan kerajaan sebelah sang jenderal melewati sebuah desa yang di huni beberapa keluarga.

Sang jenderal merasa sangat haus sehingga meminta air kepada seorang gadis yang sedang mengambil air dari sumur di depan desa.

"Permisi, bolehkah saya minum air sedikit ? Saya sangat haus."

"Tentu saja, Tuan. Silakan minum air ini."


Gadis yang berparas cantik itu memberikan segayung air dengan malu-malu.

Sang jenderal yang menerima air ingin segera meminum habis dengan cepat, tapi tidak bisa karena ada sehelai daun yang mengapung di atas air dalam gayung yang diberikan gadis itu.

Setelah menghabiskan air itu, sang jenderal kemudian bertanya kepada si gadis.

"Mengapa Anda memasukkan daun ke gayung air itu?"

"Begini, Tuan. Saya sengaja meletakkan selembar daun itu agar Jenderal tidak meminumnya terburu-buru. Tadi saya melihat jenderal memacu kuda dengan cepat. Jadi kalau tuan minum buru-buru takut tersedak".


Gadis yang cantik itu menjawab dengan malu-malu.

Jawaban itu membuat sang jenderal mengagumi pikiran bijaksana gadis itu.

Beberapa waktu kemudian setelah menyelesaikan tugasnya sang jenderal mempersunting si gadis.

Istri sang jenderal ternyata sangat pintar dalam bidang strategi dan geografi karena sering diajari ayahnya.

Sang jenderal selalu membawa sebuah pedangnya pada setiap saat berperang.

Pedang itu adalah pedang yang diberikan raja sebagai hadiah untuknya.

Pada suatu hari, jenderal menghadapi kondisi sulit di suatu peperangan.

Sang jenderal sedang gelisah dan marah karena pedangnya tidak tajam lagi.

Istri jenderal menyaksikan kerisauan suaminya secara diam-diam.

Si istri jenderal kemudian pergi ke sebuah bukit dekat rumahnya.

Di sana, ia berdoa bagi kemenangan suaminya dalam peperangan.

"Tuhan Yang Maha Kuasa! Tolonglah suamiku agar dapat menang dalam perang."

Sewaktu berdoa, tiba-tiba istri jenderal mendengar suara asing dari sekitarnya.

"Lihatlah ke bawah kakimu"

Istri jenderal membuka matanya lalu melihat ke arah kakinya.

Di situ dilihatnya ada batu asah dan dia mengambilnya.

Hari sudah larut malam dan suaminya pulang. Jenderal yang masih gelisah kembali menyalahkan pedangnya.

"Tenang pak. Tuhan akan menolongmu."

Si istri menenangkan suaminya.

Setelah suaminya tertidur nyenyak, si istri membawa keluar pedang suaminya lalu mengasahnya.

Esok paginya sang jenderal pergi dengan wajah gelisah.

"Jangan khawatir pak, mudah-mudahan semuanya akan beres."

Si istri menenangkan suaminya karena dia percaya pedang yang diasahnya mempunyai kekuatan gaib dan dapat menolong suaminya.

Pada malam harinya sang jenderal pulang dengan gembira.

"Istriku, saya menang di perang tadi. Pedangku ini tajam lagi dan sangat membantuku. Raja juga memuji kemenanganku tadi".

"Terima kasih Tuhan! Tuhanlah yang menolong Bapak."


Kemenangannya dalam perang membuat dia kembali dipercayai oleh raja.

Beberapa hari kemudian si istri memperlihatkan batu asah yang dia gunakan untuk menajamkan pedang suami dan menceritakan apa yang dialaminya sewaktu berdoa untuk keberhasilan suami.

"Betul. Tentu saja. Tuhanlah yang menolongku. Terima kasih Tuhan dan terima kasih istriku".

Sang Jenderal baru mengetahui hal yang dilakukan istrinya dan ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada istrinya.

Sang Jenderal menceritakan pengalamannya itu kepada jenderal lain dan pasukannya.

Mereka pun mengambil batu asah untuk menajamkan pisau dan pedang milik mereka.

Berkat batu asah itu mereka dapat berhasil menang dalam semua peperangan.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >