Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Asal Usul Punggung Katak Tidak Rata

2018-02-28

Asal Usul Punggung Katak Tidak Rata
Pada suatu hari seekor harimau sedang berjalan-jalan di sebuah hutan. Di tengah perjalanannya, ia berjumpa dengan seekor katak yang tidak punya kegiatan.

Kedua hewan yang sedang merasa jenuh itu sepakat membuat kue basah, Tteok.

"Hei, katak! Kamu tidak lapar? Bagaimana kalau kita masak kue Tteok?"

"Tteok?... eum... Baik, Saya setuju."

Mereka segera pulang ke rumahnya masing-masing kemudian kembali dengan membawa semangkuk beras.

Keduanya selanjutnya menyiapkan kayu bakar dan kacang merah yang nantinya akan dipakai untuk melapisi kue.

Harimau dan katak pertama-tama menumbuk beras dan menghancurkan kacang merah.

"Ini, beras dan kacangnya sudah halus."

"Iya...punya saya juga sudah halus."

"Yok..ita segera memasaknya."

"Ayo...aku udah lapar nich."


Setelah itu, mereka menyalakan kayu bakar dan menempatkan kukusan kue di atas api.

Harimau dan katak berdua menunggu kue masak sambil tetap mempertahankan nyala api biar kuenya matang dengan baik.

Setelah sekian lama, kukusan kue itu mulai beruap dan mengeluarkan wangi harum.

"Wah, kue Tteok kita sudah hampir matang."

Harimau dan katak merasa gembira.

Namun, tiba-tiba harimau menjadi tamak dan ingin memakan kue Tteok itu sendirian.

"Hei, katak! Maukah kamu berlomba dengan saya untuk menangkap kukusan kue ini ?"

Katak : "Lomba menangkap kukusan kue, apa maksud mu ?"

"Eh... Begini. Setelah kukusan kue digulingkan dari atas puncak bukit, siapa yang bisa menangkapnya lebih dulu dia yang menang dan dialah yang boleh menghabiskan semua Tteok ini."

Setelah mendengar tawaran harimau, katak berpikir lomba itu tidak masuk akal, karena si harimau lebih besar dan lebih kencang larinya daripada katak.

"Itu tidak adil. Bagaimana saya bisa mengalahkanmu?"

"Apa yang tidak adil? Kita akan mulai dari tempat yang sama?"

Tanpa mendengarkan lagi bantahan katak, sang harimau langsung membawa kukusan kue ke puncak bukit lalu menggulingkannya.

Harimau mengikutinya sambil berlari. Sementara katak pun ikut mengejarnya sambil melompat-lompat.

"Harimau jahat... dia mengajak lomba begini biar bisa makan semua Tteok itu sendirian."

Saat itu kukusan kue menabrak batu dan pohon. Isinya tumpah di sepanjang jalan menuruni bukit.

"Aku beruntung. Kue Tteok yang jatuh-jatuh ini buatku..."

Katak mengambil dan memakan kue yang jatuh itu sambil menuruni bukit.

"Harimau bodoh! Dia terus lari, tapi tidak sadar kuenya sudah berjatuhan, Hahaha..."


Harimau terus berlari dan sesekali menolehkan kepalanya untuk melihat seberapa jauh kukusan kue menggelinding di belakangnya.

"Katak yang bodoh. Bagaimana dia bisa mengalahkanku? Tidak lama lagi semua kue itu akan jadi milikku."

Harimau telah sampai di bawah bukit dan menunggu kukusan kue sampai di bawah. Tidak lama kemudian kukusan kue pun berhenti di depan harimau. Namun, di dalamnya sama sekali sudah tidak ada kue.

"Apa yang terjadi? Kue Tteokku di mana?"

Harimau melihat dan memeriksanya. Saat itu katak masih merangkak ke bawah bukit sambil mengunyah kue.

"Katak yang licik! Jadi, kamu yang menghabiskan kue Tteok?"

Katak menjawab sambil mengelus perutnya.

"Harimau, kamu pasti lapar karena sudah berlari kencang. Apa kamu mau makan remah-remah kue ini?"

Katak menjulurkan remah-remah kue Tteok kepada harimau. Harimau tentu saja marah besar.

"Apa katamu? Kamu makan saja sekenyang-kenyangnya!"

Harimau melemparkan remah-remah kue Tteok itu ke arah katak lalu menginjak punggung katak sekeras-kerasnya.

"Aduh, aduh, mati aku! Tolong, tolong, jangan begitu donk, sakit. Tolonggggg... !"

Konon, sejak itu punggung katak menjadi tidak rata karena remah-remah kue yang menempel di punggungnya. .

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >