Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Bunga yang Kering – Park Wan-suh (2)

2023-05-12

ⓒ Getty Images Bank

Tangisku kembali pecah begitu melihatnya yang langsung bergegas untuk datang. Aku tidak mengerti, mengapa aku bisa menangis semudah itu. Ia mengendarai mobilnya dengan satu tangan dan mencoba menenangkanku dengan menepuk-nepuk pundaknya dengan tangannya yang lain.

Anjing itu terus mengaing-ngaing selama diperiksa oleh sang dokter hewan. Aku menutup kedua telingaku dan menangis dalam pelukan pria itu. Dalam pikiranku pun, aku tahu bahwa kelakuanku ini berlebihan, tetapi aku tidak dapat menghentikan tangisku.

Sang dokter hewan menunjukkan duri ikan yang ia cabut dari tenggorokan anjing itu. Sang dokter berkata, bahwa ia sering melihat anak kecil yang ikut menangis saat anjingnya sakit, tapi ia baru pertama kali melihat seorang nenek yang ikut menangis.


- Cuplikan program:



Putriku mengira bahwa yang membuatku buta akan pria lain di masa itu adalah semangat. Apa yang membedakan antara semangat dan gairah? Itulah yang kurang dari hubunganku dengan Profesor Jo. Sentimen romantis yang kurasakan tidak berbeda dengan apa yang kurasakan di saat aku masih muda, namun aku tidak merasakan gairah. Hubungan romantis yang bisa dipuaskan hanya dengan emosi platonis adalah tipuan belaka. Mungkin hubungan kami hanyalah sandiwara yang sangat meyakinkan.

Gairah tidak membuatku buta. Aku dapat melihat hal yang nyata. Bagaimana pun bagusnya penampilanku, bukti-bukti bahwa aku semakin tua tidak dapat dihindari.    


그 시절 내 눈을 가리고 오로지 한 남자만 보이게 한 그 맹목의 힘을 

딸은 정열이라고 하는 것 같았다.

정열이라 해도 좋고 정욕이라 해도 좋았다.


지금 조 박사를 좋아하는 마음에는 그게 없었다.

연애 감정은 젊었을 때와 조금도 다르지 않은데 정욕이 비어 있었다.

정서로 충족되는 연애는 겉멋에 불과했다.

나는 그와 그럴듯한 겉멋을 부려본 데 지나지 않았나보다.


정욕이 눈을 가리지 않으니까 너무도 빠안한 모든 것이 보였다.

아무리 멋쟁이라고 해도 어쩔 수 없이 닥칠 늙음의 속성들이 

그렇게 투명하게 보일수가 없었다.



Tokoh “aku” percaya bahwa cinta membutuhkan baik koneksi secara emosi dan fisik yang tidak dapat dipaksakan. Karena itu, “aku” memilih untuk berpisah dengan sang pria daripada memaksakan diri untuk menerima lamaran darinya ataupun menyenangkan hati putrinya hanya demi keuntungan yang dapat diperolehnya setelah menikah. Ia memilih untuk hidup mandiri daripada harus menghancurkan ketulusan rasa cintanya. Pengarang Park Wan-suh terus berkreasi hingga masa tuanya, dan cerita “Bunga yang Kering” ditulis saat beliau berusia 65 tahun. Seperti Pengarang Park dan tokoh “aku” dalam ceritanya, di usia senja pun manusia bisa menemukan kebahagiaan baru dalam hidupnya.



Terakhir aku menemuinya, aku memberitahukan padanya bahwa aku akan pergi ke Amerika dan tinggal di sana untuk waktu yang cukup lama. Aku meletakkan tanganku di atas tangan dengan jari yang mengenakan cincin itu. Aku berkata padanya, “Menjadi seorang janda adalah hal menyedihkan, aku tidak ingin menjadi janda untuk yang kedua kalinya.”

Apakah perkataanku terlalu kejam? Aku mencoba membaca raut wajahnya, namun tidak dapat mengertinya. 


그를 마지막으로 만난 날,

곧 미국 갈 수속중인데 

될 수 있으면 오래 머물 거란 얘기를 하고 나서,

그의 반지 낀 손 위에다가 내 손을 정성스럽게 포개면서

한 번 과부 된 것도 억울한데

두 번 과부 될지도 모르는 일은 저지르고 싶지 않다고 말했다.


완곡하게 말한다는 게 심하게 들리지는 않았을까,

눈치를 살폈지만 아무 것도 읽어낼 수 없었다.




Park Wan-suh (lahir di Propinsi Gyeonggi, 20 Oktober 1931 – 22 Januari 2011)

    - Debut: Novel “Pohon Gundul” (1970)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >