Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Sang Pemabuk – Choe Inho

2023-06-02

ⓒ Getty Images Bank

Angin musim dingin yang beku berhembus di jalan-jalan kecil pasar, membuat surat-surat kabar itu melayang di udara. Sang bocah telah mengunjungi lima kedai minuman sejak matahari terbenam, dan mungkin telah meminum lebih dari tujuh gelas soju. Namun ia tetap merasa kurang, seperti seseorang yang masih kelaparan.

Bocah itu tiba di Kedai Pyeongchang yang berada di ujung pasar tersebut. Ia mengintip dari luar jendela untuk melihat, apakah ada wajah yang ia kenali.


- Cuplikan program: 



Seorang pria dengan jambang panjangnya tertawa terbahak-bahak. Setiap kali mabuk, ia selalu tertawa. Ia tertawa di saat menceritakan istrinya, yang di saat melarikan diri dari perang, terbunuh oleh tembakan peluru yang meninggalkan lubang besar di perutnya. Ia tertawa lebih kencang lagi saat ia berkata bahwa ia akan bunuh diri sebelum menginjak usia 50 tahun.

Ada lagi seorang pria yang cukup berbeda dibandingkan pria sebelumnya. Lengan bajunya yang dilipat menunjukkan tatonya yang gelap. Ia juga pernah melemparkan pisaunya secara tiba-tiba saat sedang duduk terdiam. Ia mendapatkan tato itu sebagai ganti dari tangan kanannya yang hilang dalam perang.

Dengan ragu-ragu bocah itu mendekati meja mereka. Sebuah botol soju yang bening berada di atas meja itu. Ia itu seperti apa rasanya.


구레나룻 기른 사내가 껄껄 거리며 웃었다.

술만 취하면 그는 늘 웃었다.

제 여편네가 피난통에 총알 맞아 배에 공기구멍이 휑하니 나서

죽어버렸다는 얘기를 하면서 웃었고,

나이 오십 되기 전에 자살하겠다면서도 웃었다.


그 사람과 비교하면 또 한 사내는 아주 달랐다.

걷어올린 팔뚝에 문신이 거뭇거뭇한 사내로,

말없이 가만히 앉아 있다가 나이프를 던지곤 했다.

전쟁에서 잃은 그의 오른손의 분신이었던 것이다.


아이는 주춤주춤 탁자 쪽으로 다가갔다.

탁자위엔 투명한 막소주가 놓여있었다.

아이는 그 소주의 맛을 알고 있었다.



Walau cerita pendek ini diterbitkan di tahun 1970, pengarangnya, Choi In-ho terlahir di tahun 1945. Warga Korea yang terlahir di masa itu merupakan bagian dari masyarakat yang mengalami Perang Korea. Saat perang berakhir, Choi masih berusia 10 tahun dan menjadi saksi dari kepedihan kehidupan pasca perang. Banyak tentara yang mengalami cedera hingga cacat seumur hidup, hidup dalam kemiskinan dan meninggal di usia muda. Pengarang Choi mengubah pengalaman masa kecilnya itu menjadi sebuah cerita. Para pemabuk dalam cerita ini menggambarkan para ayah yang tidak lagi mampu menjadi penopang dalam keluarga mereka akibat cacat yang mereka derita akibat perang.    



“Di malam yang gelap seperti ini, di mana, sih, ayahku berada?”    

Sang bocah terdiam sejenak. Hanya karena ia mabuk, bukan berarti ia lupa di mana lubang di pagar panti itu berada. Ia juga berpikir, bagaimana caranya agar ia dapat diam-diam merayap ke atas tempat tidur yang hangat tanpa tertangkap oleh penjaga di tengah kegelapan yang mengkilap bagaikan kain beludru itu. Tetapi, tidak lama kemudian, optimisme dan percaya diri yang biasa dirasakan oleh para pemabuk menghampirinya.

Angin yang dingin dan berdebu bertiup dari kaki bukit. Sang bocah mencium angin itu seperti seekor anjing pemburu dengan giginya yang tertutup erat dan berjanji, “Besok aku pasti bisa menemukan ayah.”


‘아, 아, 이 어두운 밤 아바지는 정말 어디에 있는 것일까’


그는 잠시 비틀거렸다.

허나 술에 취했다고 해서 자기가 빠져나온 철조망 개구멍이

어디에 있을까 잊어버린 그는 아니었다.


그는 잠시 비로드 빛깔로 빛나는 어둠 속에서  

보모에게 들키지 않고 

체온이 아직 남아 있을 침구 속으로

어떻게 무사히 기어들어갈 수 있을까 걱정을 했다.

허나 그는 술취한 사람 특유의 자기나름식 안이한 낙관에 자신을 맡겨버렸다.


언덕 아래에서 차가운 먼지 냄새 섞인 바람이 불어왔다.

그는 사냥개처럼 그 냄새를 맡으며 이를 악물고,

내일은 틀림없이 아버지를 찾을 수 있을 것이라고 단정했다.




Choe Inho (kelahiran Seoul, 17 Oktober 1945 – 25 September 2013)

- Debut : Cerpen “Pasien Magang” (1963), diterbitkan di kolom Sastra Musim Semi Harian Hangook Ilbo

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >