Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Kusir yang Pandai Membaca

2018-10-24

ⓒ Getty Images Bank

Alkisah hiduplah seorang raja bernama Asin di kerajaan Baekje.


Dia terkenal gigih dalam mewujudkan perdamaian dengan kerajaan Wa di Jepang.


Ia menganggap kerajaan Wa dapat membantunya mencegah kerajaan Goguryeo untuk tidak bertindak sewenang-wenang dan semakin kuat.


Raja Asin memutuskan untuk mengirim hadiah kepada Raja Wa agar dapat melancarkan rencana tersebut.


Raja Asin : Aku harus mampu membuat kerja sama dengan Raja Wa. Kira-kira hadiah apa yang dapat aku berikan untuk membuatnya senang?


Raja Asin kemudian memilih dua ekor kuda yang paling bagus di negaranya sebagai hadiah untuk raja kerjaan Wa.


Raja Asin mengirim seorang kusir bernama Ajiki ke kerajaan Wa bersama dengan dua kuda tersebut.


Raja Asin : Pengawal! Suruh Ajiki untuk mendampingi pengiriman kuda-kuda ini ke kerajaan Wa.


Ajiki memelihara dua ekor kuda tersebut dengan baik agar mereka dapat menyesuaikan diri di lingkungan asing kerajaan Wa.


Ajiki : Hai kuda-kuda! Kalian harus sehat-sehat, ya! Jangan sakit! Aku akan merawatmu dengan baik! Jangan khawatir!


Ajiki kemudian tinggal di kandang kuda untuk memelihara dua kuda itu dengan baik.


Ajiki menghabiskan waktunya di siang hari untuk memelihara dua kuda yang dibawa dari kerajaan Baekje.


Ajiki tidak merasa kesepian pada siang hari karena menjalankan tugasnya sebagai kusir di kandang.


Akan tetapi, pada malam hari ia merindukan keluarganya di kampung halaman sampai tidak bisa tidur.


Ajiki : Kalau malam seperti ini aku selalu teringat kampung halaman. Aku harus mengatasi kesepian ini supaya bisa kembali dengan kondisi sehat suatu saat nanti.


Ajiki mulai membaca kitab suci agama Koghuchu untuk melupakan kesepiannya pada malam hari.


Suatu malam, Raja Wa kebetulan melewati kandang kuda dan mendengar suara Ajiki membaca kitab.


Raja Wa : Pengawal, siapa yang membaca kitab suci agama Konghuchu? Apa kau mendengarnya?


Pesuruh : "Konon katanya, kusir dari kerajaan Baekje yang membacanya setiap malam, Yang Mulia."


Raja Wa : Apa? Seorang kusir kuda yang membaca kitab suci itu? Luar biasa!


Esok harinya, Raja Wa memanggil Ajiki dan bertanya.


Raja Wa : Semalam saya mendengar kamu membaca kitab. Seorang kusir kuda saja bisa membaca buku, pasti banyak ilmuwan di Kerajaan Baekje. Apa benar?


Ajiki : Benar, Yang Mulia. Saya yang membacanya. Di Kerajaan Baekje juga banyak orang-orang pintar, di antaranya ada seorang sarjana bernama Wang-in.


Raja Wa kemudian menjadikan Ajiki sebagai guru untuk putranya dan mengundang sarjana Wang-in ke negaranya.


Sarjana Wangin mengajarkan kitab suci agama Konghuchu kepada putra raja dan sejumlah sarjana di kerajaan Wa Jepang.


Dengan demikian, sampai saat ini Jepang akhirnya dapat mengembangkan kebudayaan kunonya yang bernama kebudayaan Assaka.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >