Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Kisah Lonceng Emile

2018-11-07

© NAVER

Seorang raja bernama Gyeongdeok di kerajaan Shilla membuat sebuah lonceng untuk menenangkan arwah ayahnya yang bernama Seongdeok.


Namun sayangnya, Raja Gyeongdeok meninggal tanpa melihat penyelesaian pembuatan lonceng tersebut.


Raja Gyeongdeok mempunyai seorang putra dan dia menjadi penerus raja baru di kerajaan Shilla. 


Dia adalah Raja Hyegong.


Raja Hyegong memerintahkan untuk meneruskan pembuatan lonceng yang belum selesai itu untuk mewujudkan keinginan almarhum ayahnya.


Oleh sebab itu, seorang biksu yang merupakan kepala kuil di Kuil Bongdeok mengurus seluruh proses pembuatan lonceng tersebut.


Biksu : Sebuah lonceng sedang dibuat untuk menenangkan arwah almarum raja. Tolong ikut serta dalam pembuatan lonceng itu.


Biksu mengelilingi setiap rumah di desa untuk meminta bantuan pembuatan lonceng. 


Orang yang mampu maupun kurang mampu pun memberi bantuan dengan ikhlas.


Akan tetapi, ada satu rumah tangga yang tidak mau memberikan bantuan yang diminta sang biksu itu.


Pria : Pak Biksu, kami miskin sekali, mana bisa saya memberikan sedekah. Saya hanya mempunyai seorang anak laki-laki saja. Kalau mau, biksu boleh membawanya.


Sang biksu pun meninggalkan rumah itu setelah mendengar keluhan si pria.


Pada malam harinya, sang biksu bermimpi dan muncul Buddha dalam mimpinya.


Buddha : Kenapa Anda menolak tawaran pria tadi sore untuk membawa anak laki-lakinya. Jika tidak ada anak itu, lonceng tidak bisa diselesaikan.


Biksu terbangun dan berpikir mengenai mimpinya.


Biksu : Ini wahyu dari Buddha. Jika tidak ada anak dari pria miskin itu, pembuatan lonceng tidak bisa diselesaikan... 


Esok harinya, sang biksu pergi ke rumah pria yang sempat dikunjunginya kemarin.


Biksu : Bapak, saya datang untuk membawa anak laki-laki bapak.


Pria : Biksu, kenapa begitu? Apa gunanya bocah sekecil ini dalam pembuatan lonceng? Saya tidak bisa memberikan anak saya kepada Anda.


Biksu : Saya harus membawa anak bapak. Anak itu harus dipersembahkan untuk pembuatan lonceng suci. Itu adalah niat Budha.


Setelah lama bergumul, sang biksu akhirnya berhasil membawa anak laki-laki dari pria miskin itu.


Kemudian anak itu dilemparkan ke dalam besi cair untuk membuat lonceng.


Tidak lama kemudian lonceng besar diselesaikan.


Namun anehnya, lonceng tersebut berbunyi 'emile~ emile~' setiap kali dipukul.


Bunyi itu mirip dengan suara anak kecil menangis.


Oleh sebab itu, lonceng yang dibuat untuk arwah Raja Seongdeok itu disebut Lonceng Emile. 

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >