Korea Utara mengkritik, AS tidak dapat menundukkan Korut dengan sanksi-sanksi.
Wakil Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim In-ryong dalam wawancara dengan Kantor Berita Associated Press (AP) pada hari Sabtu (29/4/2017) mengatakan, menghapuskan senjata nuklir Korut dengan sanksi dan ancaman militer hanyalah impian yang sia-sia.
Pernyataan Kim ini diberikan untuk membantah seruan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dalam pertemuan Dewan keamanan PBB yang menyatakan, penyelesaian nuklir Korut dapat dilakukan jika masyarakat internasional menekan Korut dari segi ekonomi dan diplomatik.
Tillerson menyebutkan perlunya sanksi baru dan juga mendesak Korut menaati resolusi Dewan Keamanan PBB. Selain itu, Tillerson menegaskan jika Korut berjanji untuk melaksanakan resolusi, barulah pintu dialog akan dibuka.
Sehubung dengan itu, Kim mengatakan, nuklir Korut bukan untuk dinegosiasikan secara politis maupun ekonomi, sehingga pihaknya tidak akan hadir dalam dialog apapun yang membahas penyerahan senjata nuklir.
Selanjutnya, Kim mengatakan program nuklir pyong adalah hasil dari kebijakan AS yang memusuhi Korut. Menurutnya, nuklir Korut merupakan harga diri negara, sarana untuk melindungi perdamaian dunia dari AS, sekaligus pedang keadilan. Sebab itulah, Pyongyang tidak mengakui pertemuan Dewan Keamanan yang membahas nuklir Korut.
Kim juga menyebutkan, sebelum membahas denuklirsasi Korut, seharusnya pembahasan difokuskan pada isu THAAD.
Wakil Duta Besar Korea Utara untuk PBB, Kim In-ryong menggelar jumpa pers dengan BBC pada tanggal 17 April lalu dan mengatakan, Pyongyang siap melayani semua gaya berperang yang diinginkan AS, jika Washington melakukan serangan lebih dulu ke Korut.