AS bertentangan pendapat dengan Cina dan Rusia dalam hal Korea Utara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB (UNSC) pada tanggal 5 Juli waktu setempat menyusul adanya peluncuran rudal terbaru dari Korea Utara.
AS bersama Inggris dan Prancis menyerukan sanksi lanjutan yang lebih keras terhadap rezim Pyongyang tetapi Cina dan Rusia menentang sanksi dan menyerukan ajakan berdialog.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley memperingatkan Cina di tengah sesi darurat Dewan Keamanan PBB bahwa perdagangan negara itu dengan AS akan terkena dampak jika bisnis Cina dengan Korea Utara melanggar sanksi PBB.
Haley mengatakan AS mempersiapkan diri untuk menggunakan berbagai kemampuannya untuk mempertahankan diri dan sekutu-sekutunya. Salah satunya adalah kekuatan militer yang cukup besar. Ditambahkan, Washington akan menggunakan kekuatan militernya jika terpaksa, tapi lebih memilih untuk tidak menuju ke arah itu.
Akan tetapi, Cina dan Rusia menyuarakan sikap berseberangan dengan opsi militer. Bahkan, kedua negara berulang kali menyerukan dihentikannya penempatan sistem pertahanan anti rudal AS, THAAD di Semenanjung Korea.
Washington dan Beijing juga menunjukkan perbedaan pandangan yang jauh lebih besar terkait sanksi tambahan terhadap Pyongyang.
Dubes AS mengatakan bahwa Washington akan mengajukan resolusi baru Dewan Keamanan untuk menghadapai ancaman Korea Utara yang meningkat. Dia mengindikasikan bahwa AS mungkin akan menerapkan sanksi tersendiri jika PBB gagal untuk mengadopsi resolusi baru.
Dewan Keamanan PBB diperkirakan kesulitan untuk mengadopsi resolusi baru akibat adanya perbedaan pendapat yang tajam di antara negara anggotanya.