Pemerintah AS menyampaikan bahwa pihaknya akan menerapkan tekanan yang lebih keras ke Korea Utara dan Cina secara bersama-sama. Terlebih setelah AS mengonfirmasikan bahwa Korea Utara mengujitembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Washington memperingatkan Korea Utara akan adanya respon militer dari AS. Sementara itu, Cina juga diperingatkan akan kemungkinan dihentikannya perdagangan Cina dengan AS.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada tanggal 5 Juli bahwa salah satu kekuatan AS adalah besarnya kekuatan militer negara itu. Ditambahkan, Washington akan menggunakan kekuatan militer itu, jika terpaksa, tapi tidak memilih untuk menuju ke arah itu.
Sementara itu, Penasehat Keamanan Nasional Herbert McMaster mengutarakan dalam sebuah konferensi pada tanggal 28 Juni lalu bahwa presiden Donald Trump telah menginstruksikan berbagai opsi, termasuk opsi militer yang tidak diinginkan siapa pun.
McMaster juga menyebutkan dalam wawancara dengan Fox News pada tanggal 20 Juni bahwa operasi militer harus dipersiapkan jika diperlukan.
Komandan pasukan gabungan AS di Korea Selatan, Vincent Keith Brooks juga memberi peringatan dalam pernyataan yang dirilis menyusul latihan militer antara Korea Selatan dan AS pada tanggal 5 Juni yang menyatakan bahwa AS bisa saja menghentikan sikap menahan dirinya kapan pun.
Menurut siaran CNN, Kementerian Pertahanan AS akan membuat opsi militer dalam menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara dan menyerahkannya kepada presiden Trump.
Sementara itu, AS juga lebih meningkatkan level tekanan terhadap Cina yang memainkan peranan utama dalam penuntasan masalah nuklir Korea Utara.
Dubes Haley menegaskan AS telah bersedia untuk memutus hubungan dengan negara-negara yang berdagang dengan Korea utara.
Pernyataan tersebut dianggap sebagai niatan Washington untuk bisa memutus perdagangan antara AS dan Cina, mengingat Cina menguasai 90% dari total perdagangan Korea Utara.