Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong-ho mengatakan bahwa Amerika Serikat mungkin membuat perhitungan yang salah jika ingin menghadapi Pyongyang dengan sanksi.

Kantor Pusat Berita Korea Utara (KCNA) pada hari Jumat (23/8/19) menyiarkan Ri dalam wacananya yang mengatakan bahwa Korea Utara telah siap melakukan dialog maupun perlawanan dengan AS.

Dengan menyebut wawancara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dengan media Amerika Serikat, Ri mengkritik bahwa Pompeo adalah halangan dalam perundingan Korea Utara dan Amerika Serikat, ia menyamarkan kenyataan dan hanya melontarkan sanksi. 

Ri meneruskan, setiap negosiasi gagal disebabkan oleh Pompeo, dan mungkin ia lebih memperhatikan ambisi politiknya daripada kebijakan pemerintah Amerika Serikat.

Menteri Luar negeri Amerika Serikat dalam wawancara dengan Washington Examiner baru-baru ini, sempat mengatakan pihaknya percaya bahwa Kim Jong-un akan melakukan denuklirisasi, tetapi Amerika Serikat akan mempertahankan sanksi yang paling ketat jika Korea Utara tidak melakukan denuklirisasi.

Ri Yong-ho kemudian memperingatkan bahwa pihaknya bisa saja membiarkan AS bermimpi dapat mengehentikan Korea Utara dengan sanksi-sanksinya, namun sebaliknya Korea Utara akan menjadi 'ancaman' terbesar bagi Amerika Serikat dan mengingatkan tugasnya untuk mendorong denuklirisasi. 

Korea Utara sangat jarang mengeluarkan pendapatnya dalam bentuk wacana Menteri Luar Negeri terkait pernyataan pejabat pemerintah AS. 

Tindakan Korea Utara tersebut yang memperlihatkan kekecewaannya terhadap Amerika Serikat memunculkaan perkiraan bahwa pembukaan pertemuan tingkat kerja antara Korea Utara dan Amerika Serikat masih memerlukan waktu.