Saat gempa besar mengguncang wilayah Semenanjung Noto, Jepang, level gempa dasar laut yang diperkirakan oleh Badan Meteorologi Korea (KMA) pada tanggal 1 Januari lalu mencapai 30 cm yang kurang dari standar level untuk mengeluarkan waspada gempa dasar laut, yakni 50 cm.
Namun, level gempa dasar laut yang diumumkan oleh KMA pada hari berikutnya mencapai lebih dari 85 cm di pelabuhan Mukho, Laut Timur.
Menurut hasil konfirmasi KBS, level gempa dasar yang diumumkan dan level permukaan laut secara nyata menunjukkan perbedaan yang besar.
Badan Hidrografi dan Oseanografi Korea (KHOA) memantau level permukaan laut maksimum di pelabuhan Mukho mencapai 101 cm ketika gempa besar terjadi di Jepang.
Selain itu, level permukaan laut di Sokcho, Gangneung, dan wilayah lain masing-masing mencapai 54 cm dan 52 cm, sehingga level tersebut lebih tinggi dari pada yang diumumkan oleh KMA.
Hal tersebut disebabkan karena KMA tidak mempertimbangkan kenaikan permukaan air laut yang diakibatkan oleh fenomena pasang surut laut dalam penghitungan level permukaan laut.
Para pakar mengkritik bahwa level permukaan laut yang nyata menjadi standar untuk mengeluarkan peringatan waspada dan memantau kondisi terkait.
Dengan kata lain, meskipun level permukaan laut yang nyata cukup tinggi sehingga bisa mengeluarkan peringatan waspada, namun ada daerah yang tidak mengeluarkan peringatan terkait bencana darurat seperti kota Gangneung, Ulsan, dan lainnya karena level tersebut tidak memadai.
Para pakar menyarankan bahwa penting untuk meningkatkan level keakuratan terkait ramalan gempa dan gempa dasar laut, karena ada kekhawatiran akan terjadinya gempa besar susulan di Jepang.