Sehubungan dengan bocornya air radioaktif sebanyak 5,5 ton dari perangkat yang mengolah air di PLTN Fukushima, pemerintah Korea Selatan menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari pemerintah Jepang dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) serta disebutkan tidak ada perubahan terkait level radioaktif.
Menurut seorang pejabat dari Komisi Keamanan dan Keselamatan Nuklir Korea (NSSC), Kim Sung-kyu, bahwa kebocoran kali ini terjadi pada tahap awal sebelum tahap pemurnian dari Sistem Pemrosesan Cairan Canggih (ALPS), sehingga tidak berhubungan langsung dengan pembuangan air terkontaminasi zat radioaktif.
Ditambahkan pula, pemerintah langsung menerima informasi terkait dari pemerintah Jepang dan IAEA, serta tidak ada perubahan yang signifikan menurut hasil monitoringnya.
Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menyatakan bahwa para pekerja menemukan bocornya air itu pada pukul 08.53 hari Rabu (07/02) lalu serta jumlah air yang bocor mencapai sekitar 5,5 ton, yang berpotensi mengandung 22 miliar becquerel bahan radioaktif.
TEPCO akan mengambil tanah di sekitar bangunan karena air yang bocor diperkirakan telah merembes ke dalam tanah.
Sementara itu, sehubungan dengan keputusan Pengadilan Administrasi Seoul tanggal 6 Februari lalu yang membuat pemerintah mempublikasikan pertanyaan terkait keamanan pembuangan air radioaktif PLTN Fukushima ke Jepang, pemerintah menyatakan bahwa kebanyakan pertanyaan Korea Selatan diminta secara tertutup. Namun akan mengambil langkah yang dibutuhkan sesuai isi keputusan pengadilan untuk membuka informasi secara transparan tanpa mengganggu kepercayaan antara saluran komunikasi dua pemerintah.