Buku ‘Every Falling Star’ yang ditulis oleh Lee Sungju, seorang pembelot Korea Utara. Buku ini dirilis pada tgl.1 Juni di Korea Selatan. Lee lahir dari keluarga kaya di Pyongyang berkat status ayahnya sebagai perwira senior. Tapi suatu hari, ayahnya mengatakan sesuatu dalam sebuah pesta yang dianggap bermasalah, dan seluruh keluarga diasingkan. Ketika orang tuanya tidak kembali ke rumah setelah pergi untuk mencari makanan, Lee tidak punya pilihan lain selain hidup sebagai kotjebi, sebuah istilah yang berarti anak tunawisma di Korea Utara. ‘Every Falling Star’ bercerita tentang Lee dan sahabat kotjebi lainnya yang saling mengandalkan layaknya saudara.

Lee Sungju kabur ke Korea Selatan pada tahun 2002. Perbedaan antara Selatan dan Utara sangat banyak, dan 4 tahun yang dihabiskan sebagai kotjebi menyulitkan Lee untuk menyesuaikan diri dengan sekolah barunya di sini. Namun perjuangan yang dia jalani pada usia muda memberinya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang dirinya sendiri. Lee belajar keras dan masuk ke universitas bergengsi. Dia memilih jurusan ilmu politik dan diplomasi, karena hubungan internasional sangat penting menuju unifikasi. Dia juga mengambil jurusan ganda Jurnalisme, karena dia ingin menjadi komunikator yang menghubungkan dua Korea.

Lee mulai berpikir untuk menerbitkan sebuah buku saat bekerja sebagai tenaga magang bagi anggota perlemen Kanada Barry Devolin. Akhirnya, ‘Every Falling Star’ diterbitkan pertama kali di AS pada bulan September tahun 2016, sebelum diterbitkan di Korea Selatan pada awal bulan ini. Dia berencana akan melanjutkan studinya di AS tahun depan untuk meraih gelar doktor. Tujuannya adalah untuk menjadi seorang ahli politik internasional dalam persiapan untuk penyatuan Korea ke depan.