Di sekolah dasar Seokgot, wilayah Paju, provinsi Gyeonggi, seorang guru wanita dengan ramah menjawab pertanyaan siswa-siswi satu per satu. Guru itu adalah seorang pelarian dari Korea Utara, bernama Kim Ja-young. Dia memperkenalkan diri sebagai ‘pengajar perdamaian’ yang berbicara mengenai perdamaian dalam ceramahnya.

Keluarga Kim Ja-young kabur dari Korea Utara 20 tahun lalu. Tapi dia menghadapi kenyataan yang pahit. Dia sering melakukan kesalahan di lingkungan kerja baru. Seiring dengan waktu, dia masuk ke perguruan tinggi dengan bantuan pekerja sosial sekitarnya. Memang betul, prosesnya tidak mudah dan juga kehidupan kampusnya tidak mudah. Kesulitan terbesar adalah hambatan bahasa. Dia tidak dapat mengerti apa yang teman sekelasnya katakan bahkan meski mereka adalah warga Korea yang sama.

Di pertengahan itu, Ja-young menemukan identitas dirinya sebagai pembelot Korea Utara dan jelas tahu apa yang ingin dilakukannya. Dia berhasil mencari pekerjaan setelah tamat perguruan tinggi. Tapi dia berkali-kali memberikan ceramah kepada siswa Korea Selatan tentang Korea Utara dan rakyatnya. Berkat ceramah tentang perdamaian, banyak siswa berkesempatan untuk belajar berbagai aspek lain di Korea Utara, yang mereka tidak tahu sebelumnya. Ja young menemukan pekerjaannya bermanfaat dan merasa bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.