Komisi Jasa Keuangan Korea Selatan (FSC) menggelar pertemuan mendadak pada Senin (15/4) untuk menanggapi meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menyusul serangan drone dan misil Iran terhadap Israel.
FSC mengadakan pertemuan tersebut untuk menganalisa dampak serangan Iran tersebut pada pasar domestik dan membahas kemungkinan langkah-langkah yang dapat diambil.
Menurut analisis FSC, krisis Timur Tengah diperkirakan tidak akan memiliki dampak langsung pada pasar finansial domestik jangka pendek dikarenakan minimnya transaksi institusi keuangan lokal Korsel dengan Iran dan Israel.
Per akhir tahun 2023, transaksi perusahaan finansial Korsel dan Iran bernilai 1 juta Dolar AS, sementara Israel bernilai 290 juta Dolar AS.
Namun, FSC menekankan bahwa pengamatan situasi di Timur Tengah dan kondisi pasar domestik dan internasional perlu ditingkatkan.
Pemimpin rapat, Kepala FSC Kim Joo-hyun mengatakan bahwa pasar keuangan lokal saat ini dalam kondisi stabil, namun masih dihadapkan dengan potensi risiko terkait ketidaktentuan kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan meningkatnya risiko geopolitik Timur Tengah.
Kim menghimbau pemerintah agar siap mengambil langkah dengan tanggap demi menjaga kestabilan pasar, dan warga agar tidak memiliki kekhawatiran yang berlebihan.