Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sistem Pemberian Kebebasan Wajib Militer Dipertimbangkan Kembali

2018-09-04

Warta Berita

ⓒKBS News

Sistem Pemberian Kebebasan Wajib Militer dimulai setelah UU Pemberian Kebebasan Wajib Militer dibuat pada tahun 1973 lalu. Sistem tersebut memberi peluang kepada para atlet Korea Selatan yang mengharumkan nama negara dengan meraih prestasi di bidang olahraga. Pada waktu itu, standar olahraga Korea Selatan tidak tinggi, sehingga banyak pihak yang menerima pelaksanaan sistem tersebut. Masyarakat yang pertama menerima manfaat dari sistem tersebut adalah pegulat Yang Jeong-mo yang memenangkan medali emas cabang gulat Olimpiade Montreal 1976. Medali itu menjadi medali pertama Korea Selatan dalam sejarah, sehingga pemberian kebebasan kewajiban militer kepada Yang dianggap wajar.


Kontroversi terkait penetapan kebijakan muncul seiring dengan perubahan sistem dan kemampuan olahraga atlet Korea Selatan yang semakin meningkat. Jumlah penerima manfaat tersebut semakin banyak sehingga menimbulkan masalah dalam sisi keadilan dan kesetaraan. Pada tahun 1981 ketika Korea Selatan ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade Seoul 1988, pemerintah memperluas subyek penerima manfaat sistem kebebasan wajib militer sampai kepada atlet yang menempati urutan tiga teratas Olimpiade dan Asian Games. Pemerintah kemudian merevisi UU terkait pada tahun 1990 dan mengurangi subyek penerima kebijakan hanya pada atlet yang menempati urutan tiga teratas Olimpiade dan atlet yang menjuarai Asian Games.


UU tersebut mendapat kritik karena kesetaraan penerima kebijakan menjadi timpang, dengan tidak mempertimbangkan standar kejuaraan dunia yang dianggap lebih tinggi dari Asian Games. Para atlet di cabang atletik dan renang yang sulit memenangkan medali kemudian gagal menjadi subjek penerima kebebasan wajib militer. Sedangkan para atlet di cabang sepak bola dan bisbol dianggap lebih mudah mendapatkan manfaat tersebut.


Dari 42 atlet yang dibebaskan wajib militer karena berprestasi di ajang Asian Games 2018, 29 di antaranya adalah atlet dari cabang sepak bola dan bisbol. Mereka menerima gaji tinggi dari tim profesional masing-masing dan menikmati manfaat bebas wajib militer. Hal itu menimbulkan kritik dari warga masyarakat Korea Selatan. Selain bidang olahraga, ada kebebasan wajib militer yang diterapkan di bidang kesenian. Namun, kebebasan itu diterapkan hanya di bidang kesenian murni, bukan kesenian populer. Sehingga banyak pihak yang mengkalim bahwa sistem harus diperbaiki sesuai dengan perubahaan zaman.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >