© YONHAP News

Rasio pertumbuhan ekonomi Korea Selatan di triwulan kedua pulih di kisaran 1%. Rasio pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP) pada triwulan kedua yang diumumkan oleh Bank Sentral Korea (BOK) pada tanggal 25 Juli lalu, mengalami kenaikan 1,1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Dibandingkan triwulan kedua tahun lalu, rasio itu mengalami kenaikan 2,1%. Namun, situasi yang sebenarnya tidak terlalu terasa optimis. 

Yang dimaksud dengan rasio pertumbuhan PDB triwulan kedua tahun 2019 sebesar 1,1% adalah perbandingan dengan angka dari triwulan pertama. Angka itu mencapai titik tertinggi dalam waktu tujuh triwulan, namun angka itu dipengaruhi oleh angka minus pada triwulan pertama sebesar minus 0,4%. Pertumbuhan triwulan kedua dipengaruhi oleh pengadaan anggaran pemerintah, sehingga angka pada triwulan kedua kali ini sulit dianggap sebagai sinyal untuk pemulihan ekonomi Korea Selatan. 

Korea Selatan mengalami kesulitan besar di bidang ekspor akibat perang perdagangan antara AS dan China. Volume ekspor terus menurun selama tujuh bulan sejak bulan Desember tahun lalu. Konflik perdagangan antara dua negara kelihatannya belum dapat dipecahkan, terlebih Jepang mengambil langkah pembatasan ekspor terhadap Korea Selatan, sehingga prediksi terhadap kondisi ekonomi semakin memburuk. Meskipun pemerintah melaksanakan pengadaan anggaran belanja negara tambahan, efeknya tidak dapat terlalu diharapkan. Akhirnya, melalui penilaian ekonomi Korea Selatan pada triwulan kedua ini, masih ada tugas yang tersisa bahwa kondisi ekonomi di bidang swasta harus dipulihkan.

Langkah pembatasan ekspor Jepang terhadap industri utama Korea Selatan diperkirakan akan berlanjut dengan lama. Jika tidak ada perubahan situasi secara drastis, maka kondisi ekspor dan investasi Korea Selatan diperkirakan akan menjadi lebih sulit. Pemerintah Korea Selatan perlu mempertimbangkan cara pengaktifan di bidang swasta dan cara mendasar untuk memecahkan situasi saat ini.