Cheongseong Jajinhanip

Alat musik tiup tradisional Korea terbagi menjadi dua sesuai cara memainkannya. Yang pertama adalah alat musik yang ditiup lewat sebuah alat kecil yang dinamakan ‘seo’ yang dihubungkan ke dalam alat musik sejenis seruling bernama 'piri' atau 'taepyeongso'. Yang lain adalah alat musik yang ditiupkan secara langsung dengan mengontrol bentuk bibir, untuk alat musik seperti seruling besar yang disebut 'daegeum'. Dibandingkan dengan alat musik yang mengeluarkan suara lewat 'seo', suara alat musik seperti 'daegeum' terasa seperti ditambahkan dengan bunyi angin. Selain itu, alat musik seperti ‘tungso’, ‘sogeum’, ‘danso’, dan lainnya juga memiliki ciri khas yang sama dengan ‘daegeum’. 

Nuansa suara yang dibuat dari alat-alat musik itu terasa mirip, Namun pada kesempatan ini, bagaimana jika kita mendengarkan sambil membandingkan masing-masing suara yang dihasilkan oleh ‘daegeum’, ‘tungso’, dan ‘sogeum’. Sebelum itu, kami telah mempersiapkan sebuah permainan musik menggunakan alat musik daegeum.

Daegeum sendiri mempunyai beberapa lubang dengan sebutan yang berbeda-beda. Terdapat sebuah lubang yang disebut ‘Chwigu’ dimana kita meniupnya dan lubang-lubang yang mengeluarkan nada dengan menutup beberapa lubang menggunakan jari tangan yang disebut dengan ‘jigong’. Diantara kedua lubang tersebut, terdapat satu buah lubang lagi yang disebut ‘cheoggong’. Lubang itu ditutup oleh selaput tipis dari alang-alang yang disebut 'cheong'. Suara yang dikeluarkan melalui ‘cheong’ bisa dikatakan adalah ciri khas dari daegum. 

'Dondolnari' dan 'Nyanyian Jeongapseong'

Pada umumnya, ‘daegeum’ sering dibandingkan dengan alat musik barat, yakni flute. Dibandingkan suara dari flute yang terasa lembut, suara dari daegeum terasa kasar karena ‘cheong’. Ada seorang yang mengekspresikan nuansa suara kasar tersebut sebagai ciri khas alat musik tradisional Korea. Suara dari alat musik gesek 'haegeum' atau 'ajaeing' juga terasa agak kasar jika dibandingkan dengan suara biola atau cello. Selain ‘daegeum’, alat musik ‘tungso’ juga mengeluarkan suara melalui ‘cheong’. ‘Tungso’ juga mempunyai bentuk yang menyerupai ‘daegeum’. Yang membedakan adalah cara meniupnya. ‘Daegeum’ ditiup secara horizontal atau menyamping, sedangkan ‘tungso’ ditiup secara vertikal. 

Biasanya, orang yang kecil hati atau orang yang tidak berani berbicara di depan orang lain, dijuluki sebagai 'tungso di dalam kamar'. Artinya adalah walaupun dia tengah memainkan ‘tungso’, namun dia memainkannya hanya untuk dirinya sendiri di dalam kamar, karena tidak bisa memainkannya dengan sempurna di depan orang lain. 

Di masa lalu, banyak yang memainkan ‘tungso’, namun di era kini, ‘tungso’ hanya digunakan di pementasan tarian singa yang dinamakan 'bukcheong saja noreum'. Walaupun banyak musisi yang memanfaatkan ‘tungso’ di era ini, namun alat musik itu masih terasa asing bagi masyarakat umum. 

Lagu untuk Laan

Kali ini, kami akan menyajikan permainan musik menggunakan ‘sogeum’. ‘Sogeum’ berukuran kecil jika dibandingkan ‘daegeum’. Di era Silla Bersatu, terdapat sebuah alat musik yang dinamakan 'junggeum' yang mempunyai ukuran diantara ‘daegeum’ dan ‘sogeum’. ‘Daegeum’, ‘junggeum’ dan ‘sogeum’ ketiganya disebut dengan ‘samjuk’ di era tersebut. 

‘Junggeum’ juga memiliki ‘cheonggong’ layaknya ‘daegeum’, namun sekarang tidak lagi dimainkan. ‘Sogeum’ mengeluarkan nada yang lebih tinggi daripada ‘daegeum’, dan suaranya terasa lebih lembut karena tidak ada ‘cheong’ dan terasa mirip dengan ‘danso’. ‘Danso’ juga ditiup secara vertikal seperti ‘tungso’ dan suaranya juga lembut karena tidak ada ‘cheong’. Namun, ‘sogeum’ lebih banyak digunakan dibandingkan ‘danso’, karena rentang nadanya lebih luas. ‘Sogeum’ juga banyak dimainkan untuk musik ciptaan.