Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

“Tembok Batu” - Choi Jin-young

2022-03-04

ⓒ Getty Images Bank

Telepon genggamku kembali bergetar. Aku tidak mengenal nomornya. Lantas kumatikan saja telepon itu.

Aku sudah melapor ke polisi, tetapi tidak ada yang berubah. Pabrik itu terus beroperasi. Mungkin suatu hari akan ada inspeksi mendadak dan semua produk mereka akan ditarik. Tapi, apakah “suatu hari” itu akan ada hubungannya dengan laporanku? Aku tidak tahu. Itu hanyalah sebongkah batu yang kutumpuk belaka.



- Cuplikan program:


Apakah aku harus menjadi pelapor pelanggaran ini? Tentu saja mereka akan memecatku. Bagaimana aku harus membayar pinjaman dari bank? Bagaimana kalau aku dituntut karena membuat laporan palsu ke polisi?    


Selama beberapa hari aku terus memikirkan hal itu hingga migrainku bertambah parah. Dari pagi hingga malam dengan tegang aku mencari tahu tentang bahan campuran plastik ftalat di internet. Bahan itu dapat merusak kelenjar hormon endokrin dan memicu kanker, namun sering dijumpai tidak saja hanya pada mainan, tetapi juga perkakas rumah tangga lainnya. Apakah semua orang tetap menggunakannya walaupun mereka tahu? Apa mungkin bahan kimia itu tidak begitu buruk? Semakin aku memikirkannya, semakin aku menjadi bingung. 


난 내부 고발자가 되는 건가?

당연히 잘리겠지?

대출금 이자는 어쩌지?

괜히 신고했다가 무고죄 같은 걸로 고소당하면 어쩌지?


며칠 동안 편두통이 심해지도록 고민했다.

아침 저녁마다 초조한 마음으로 프탈레이트 가소제를 검색했다.

환경 호르몬 추정 물질이며 발암 물질이라고 했다.

그런데도 장난감뿐 아니라 각종 생활용품에서 자주 검출된다고 했다.

다들 알고도 쓰는 건가?

그렇게 나쁘지는 않은 건가?

생각할수록 헷갈렸다.



Cerpen ini memiliki dua alur cerita, yaitu cerita tentang apa yang dihadapi Seong-hee di masa kini yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan insiden yang dialami dengan sahabatnya Jangmi di masa lalu. Keduanya melambangkan batu-batu yang tidak dapat dihapus dari hati Seong-hee. Pengarang Choi ingin menunjukkan bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan dan memiliki rasa sakit yang harus ditanggung dalam hidupnya. 



Baru sekaranglah aku sadar, apa yang sebenarnya aku ingin hindari di saat itu. Aku tahu bahwa diriku ini adalah pembohong, dan melarikan diri karena malu, tapi aku tidak ingin memikirkannya. Karena itu aku melupakan kejadian itu dan melanjutkan hidupku. Dan semakin sering sesuatu yang sama terjadi, semakin ingin aku melupakannya. 

Pada akhirnya, aku menjadi orang dewasa yang terbiasa dengan hal-hal buruk. Orang dewasa yang di saat tahu ada sesuatu yang tidak benar, beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya masih wajar, dan terbiasa berdiam diri.


그 때 내가 무엇을 피하려고 했는지 이제는 안다.

내가 어떨 때 거짓말하는 인간인지,

무엇을 부끄러워하고 무엇에서 도망치는 인간인지 생각하기 싫었다.

그래서 잊고 살았다.

비슷한 일이 반복될수록 더 잊으려고 했다.


결국 나는 나쁜 짓을 나누며 먹고 사는 어른이 되었다.

괜찮지 않다는 걸 알면서도 괜찮겠지, 아직은 괜찮겠지,

기만하는 수법에 익숙해져 버린 형편없는 어른.




Choi Jin-young (lahir di Seoul tahun 1981)

    - Debut: Cerpen “Gasing” terbirtan Shilcheon Munhak

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >