Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Gangwondo Jangtaryeong / Jangtaryeong / Jangtaryeong

#Citra Musik Korea l 2023-11-10

Citra Musik Korea

Gangwondo Jangtaryeong / Jangtaryeong / Jangtaryeong
Gangwondo Jangtaryeong
Dahulu, pasar di Korea hanya dibuka 5 hari sekali. Setiap pasar di tiap desa dibuka di waktu yang berbeda. Para pembeli harus menunggu pasar dibuka untuk belanja, sedangkan para pedagangnya akan berkeliling ke pasar-pasar tiap desa untuk menjual barang dagangannya. Para pedagang yang biasa disebut jangdolbaengi ini biasa memanggul barang dagangannya berkeliling desa, tetapi mereka yang punya barang dagangan banyak memilih untuk menggunakan gerobak. Para pedagang keliling ini menyampaikan kisahnya dengan sebuah lagu yang disebut jangtaryeong (장타령). Lagu-lagu yang dinyanyikan di tiap pasar pun berbeda-beda karena biasanya tiap pasar di masing-masing desa punya kisah mereka masing-masing. Di tiap bait lagu yang dinyanyikan menggambarkan kondisi desa tersebut. Dalam salah satu potongan lirik lagu Gangwondo Jangtaryeong ini mengisahkan tentang pedagang sepatu yang sedang tidak bisa berjualan karena barang dagangannya basah. 

Jangtaryeong
Di pelosok daerah terkadang masih ada pasar yang hanya buka lima hari sekali. Para pedagang keliling yang hanya berjualan di pasar-pasar seperti ini juga masih ada. Sebagian besar dari mereka adalah nenek-nenek yang jarang sekali naik bus ke kota. Mereka menjual barang dagangannya seperti sayur dan biji-bijian hasil kebun mereka sendiri. Selain itu, ada juga para kakek tua yang menjual jasa memperbaiki payung rusak atau mengasah pisau. Pekerjaan yang sepele, tetapi masih sangat dibutuhkan oleh sebagian orang. Orang-orang yang datang dan berkumpul di pasar ini pun umumnya datang bukan hanya untuk mencari uang dengan menjual barang atau keterampilan mereka, tetapi lebih untuk bertemu orang-orang dan berbincang dengan mereka. Lagu jangtaryeong ini adalah lagu gubahan Kim Jong-jo, penyanyi terkenal pada masa kolonial Jepang, yang menceritakan pengalamannya di pasar saat memancing ikan mas dengan jarum yang dia beli atau teriakan orang berjualan berbagai jenis celana di pasar.

Jangtaryeong
Dahulu di pasar seperti ini juga ada penjual obat-obatan tradisional yang melakukan aksi sirkus untuk menarik perhatian para pembeli sebelum menjual berang dagangannya. Ada juga sekelompok pengemis yang disebut gakseoripae yang mengemis uang kembalian dari para pembeli. Mereka menghibur orang dengan menyanyikan lagu-lagu satir. Lagu yang biasa mereka nyanyikan berjudul Jangtaryeong atau Pumbataryeong. Meskipun lagu jangtaryeong yang dinyanyikan para pengemis ini bisa sangat menghibur para pembeli di pasar, lagu-lagu atau pertunjukan mereka bukanlah pertunjukan profesional. Tetapi uniknya, karena lagu-lagu mereka sangat populer dan disukai banyak orang, popularitas lagu-lagu mereka membuat para penyanyi profesional menyanyikannya saat mereka konser. Misalnya dalam pertunjukan pansori Heungboga. Di pertunjukan ini ada sekelompok pengemis keliling yang keluar dari labu raksasa dan menyanyikan lagu jangtaryeong setelah Heungbo dan istrinya membelah labu itu. Jangtaryeong juga dinyanyikan dalam pertunjukan boneka namsadangpae saat adegan upacara pemakaman orang meninggal. Jangtaryeong juga sering dinyanyikan oleh penyanyi terkenal saat kolonial Jepang, Kim Jong-jo, di awal abad ke-20. Dan Akhir-akhir ini, penyanyi tradisional Kim Yong-woo juga menyanyikannya dengan improvisasi iringan instrumen Barat seperti piano ataupun drum. 

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >