ⓒ YONHAP News

Tanggal 27 April akan menandai peringatan dua tahun diadakannya KTT bersejarah antara Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un di desa gencatan senjata Panmunjeom. Saat itu, kedua pemimpin mengungkapkan bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea dan era perdamaian yang baru telah dibuka. Mereka juga menyetujui Deklarasi Panmunjeom yang menyerukan hubungan baru antar-Korea dan perdamaian regional. 

Yang paling signifikan dalam deklarasi tersebut adalah konfirmasi dari kedua Korea tentang tujuan bersama demi terwujudnya Semenanjung Korea yang bebas nuklir melalui denuklirisasi yang sepenuhnya. Namun, masalah nuklir Korea Utara hanya membuat sedikit kemajuan selama dua tahun terakhir. Proyek kerja sama lintas-perbatasan antara kedua negara juga gagal membuahkan hasil apapun. Tetapi di Korea Selatan, kemenangan partai yang berkuasa dalam pemilu legislatif baru-baru ini diperkirakan akan mempercepat program kerja sama antar-Korea yang secara agresif didorong oleh pemerintah Moon Jae-in. 

Perebakan wabah COVID-19 adalah faktor lain yang dapat memengaruhi sikap Korea Utara. Akibat buruknya sistem pencegahan penyakit, Korea Utara mungkin mengalami kesulitan untuk membuka pintu ke dunia luar hingga wabah tersebut sepenuhnya terkendali. Situasinya di Korea Utara juga sangat tidak dapat diprediksi. Bahkan ada yang berspekulasi bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berada dalam kondisi kesehatan yang buruk, shingga Korea Utara tidak mungkin menanggapi secara positif setiap proposal yang diajukan oleh Korea Selatan untuk saat ini.