ⓒ YONHAP News

Pada tanggal 24 September, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa seorang aparatur sipil negara (ASN) Korea Selatan yang hilang di Laut Kuning dekat Pulau Yeonpyeongdo, ditembak mati oleh Korea Utara. Ketua operasi di Kepala Staf Gabungan (Joint Chiefs of Staff, JCS) Korea Selatan, Ahn Young-ho menerangkan bahwa menurut analisis menyeluruh Korea Selatan dari berbagai sumber intelijen, militer Korea Selatan mengonfirmasi bahwa seorang warga sipil Korea Selatan yang ditemukan di perairan Korea Utara ditembak mati dan dibakar oleh militer Korea Utara. 

Pada tanggal 24 September, Kantor Kepresidenan Korea Selatan Cheongwadae mengutuk insiden pembunuhan ASN Korea Selatan tersebut sembari menekankan bahwa Korea Utara harus bertanggung jawab sepenuhnya dengan memberikan penjelasan tentang kebenaran di balik insiden tersebut dan menghukum dengan berat mereka yang bertanggung jawab. Korea Selatan juga menuntut permintaan maaf Korea Utara atas tindakan tidak manusiawi tersebut. Kemudian pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un memberikan tanggapan pada keesokan harinya. Pemimpin Kim Jong-un dengan cepat meminta maaf dan bahkan menggunakan ungkapan "maaf" sebanyak dua kali. Ini dianggap sangat tidak biasa.

Presiden Moon menyampaikan belasungkawa atas kematian seorang ASN Korea Selatan dalam isiden penembakan oleh pasukan militer Korea Utara. Dia juga menyuarakan harapannya agar insiden tragis tersebut pada akhirnya akan menjadi kesempatan bagi kedua Korea untuk melanjutkan dialog dan kerja sama. Dia menafsirkan pesan dari Korea Utara sebagai tekad yang jelas untuk mencegah hubungan antar-Korea melewati "titik yang tidak bisa dikembalikan". Ada yang berspekulasi bahwa insiden baru-baru ini dapat mendorong Korea Selatan dan Korea Utara untuk berdialog, tetapi ketegangan dalam hubungan bilateral kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan.