Seorang seniman Korea Selatan Song Chang sedang menggelar sebuah pameran berjudul ‘ Naungan Bunga’ di Galeri Hakgoje di Jongno-gu, Seoul. Pameran ini menampilkan sebanyak 39 karya seni, termasuk lukisan, sutra lukisan kanvas dan karya instalasi atau pemasangan, dari awal karir seninya di awal tahun 1980-an hingga karya-karya terbaru. Dalam sebuah karya instalasi berjudul ‘Naungan Bunga’, sebuah kotak amunisi kayu, peluru untuk berlatih, dan bunga buatan tersebar.
Setelah tamat dari perguruan tinggi, dia bekerja sebagai guru kesenian dan melukis sisi gelap industrialisasi dalam karya seninya. Ditengah melihat dan melukis masalah-masalah sosial, dia mulai tertarik pada sejarah tanah airnya yang justru menghadapi isu pembagian negara.
Song membuat lukisan terkait pemandangan pembagian Korea selama 30 tahun terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, dia menggunakan bunga-bunga buatan untuk membuat tema lukisannya menjadi lebih cocok. Bagi Song, bunga itu punya makna kematian dan juga merupakan simbol belasungkawa bagi tentara yang tewas di perang tragis. Melalui bunga-bunga yang tidak akan pernah layu bahkan di dalam adegan suram seperti tank berat dan rel kereta api berkarat, seniman Song ingin menyembuhkan bekas luka perang yang menyakitkan. Beberapa karya seni lain dalam pameran terlihat sesuatu yang diluar dugaan, seperti bekas air hujan. Itu memuat harapan seniman agar simbol pembagian, seperti garis gencatan senjata dan tank, yang nampaknya terlalu kuat, akan berkarat dan usang, akhirnya hilang.