Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak panjang pada hari Senin pagi (18/12), menyusul peluncuran rudal balistik jarak pendek pada hari Minggu malam (17/12).

Kepala Staf Gabungan  (JCS) Korea Selatan, mengutuk provokasi serius untuk hari kedua berturut-turut sebagai pelanggaran sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
 
Rudal tersebut dilaporkan terbang sejauh 1.000 kilometer dengan sudut tinggi dari sekitar Pyongyang sebelum jatuh di perairan Laut Timur, dan rudal tersebut diyakini merupakan rudal kelas balistik antarbenua, ICBM.
 
Korea Utara meluncurkan rudal kelas ICBM dalam lima bulan terakhir setelah menguji rudal Hwasong-18 pada bulan Juli lalu.
 
JCS melanjutkan bahwa Seoul, Washington, dan Tokyo yang sudah memiliki postur kesiagaan bersama, juga berbagi intelijen peringatan rudal balistik Korea Utara.
 
Sebelumnya, Pyongyang meluncurkan satu rudal balistik jarak pendek pada hari Minggu malam sekitar pukul 22.40. Rudal tersebut terbang sejauh 570 kilometer sebelum jatuh di perairan Laut Timur. Jangkauan rudal diketahui sesuai dengan jarak di antara lokasi kapal selam bertenaga nuklir AS, USS Missouri, yang memasuki kota Busan pada hari Minggu kemarin.

JCS mengecam peluncuran rudal Korea Utara selama dua hari merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Pyongyang memanfaatkan teknologi rudal balistik. Penembakan tersebut juga dikutuk sebagai provokasi serius yang mengancam perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea maupun komunitas internasional.
 
Pyongyang dianggap melakukan provokasi tersebut jelang peringatan tahun ke-12 kematian mantan pemimpin rezim Korea Utara, Kim Jong-il yang jatuh pada hari Minggu untuk lebih memperkuat solidaritas internal.