Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Melihat Kereta Trem Tua – Ha Geun-chan

2022-02-18

ⓒ Getty Images Bank

Setelah membaca di artikel di surat kabar bahwa kereta listrik bawah tanah telah beroperasi, Bapak Jo pergi bersama cucunya, Giyoon, keesokan harinya. Mereka pergi untuk melihat kereta listrik itu.

Di salah satu tangannya, Bapak Jo menenteng bingkisan bekal. Sepertinya mereka tidak hanya pergi untuk melihat kereta saja, namun juga akan berpiknik bersama. Berbeda dengan orang pada umumnya, Bapak Jo memiliki minat yang sangat besar akan kereta listrik bawah tanah. Tidak mengherankan ia memiliki minat yang besar, karena dulu ia bekerja sebagai konduktor kereta trem.  



- Cuplikan program:


Kereta itu perlahan berhenti, dan pintunya terbuka secara otomatis. Bapak Jo dan Giyoon pun menaiki kereta itu dan langsung mencari tempat duduk. 


Di atap kereta itu tergantung deretan kipas angin yang berputar. Rasanya sangat sejuk dan tidak seperti musim panas. Bapak Jo semakin terkesan dengan papan-papan iklan yang dipajang di dalam gerbong kereta, rak tas dari metal yang mengkilap, pegangan tangan yang berayun-ayun dengan serempak dan tempat duduk yang lembut dan empuk. 


스르르, 차가 멈추고 자동으로 문이 열리자

조주사와 기윤이는 들어가 자리를 잡았습니다.


천정에 줄지어 매달린 선풍기가 빙긍빙글 도는데

도무지 여름 같지 않고 시원했습니다.

거기다 차내를 장식하고 있는 광고판에,

반짝거리는 쇠로 된 선반,

가지런히 대롱거리는 동그란 손잡이들,

부드럽고 푹신한 좌석까지 그야말로 별천지였습니다.



Cerpen ini berlatar di tahun 1974, di saat kereta bawah tanah pertama kali beroperasi di Korea. Sebelumnya, warga Korea menggunakan transportasi kereta trem yang pertama kali dioperasikan pada tahun 1899 di jaman Raja Gojong, Dinasti Joseon. Kereta trem tersebut melayani warga kota Seoul untuk waktu yang cukup lama. Namun, saat penduduk di Seoul melebihi satu juga warga setelah kemerdekaan Korea, kereta trem tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan transportasi umum warga Seoul. Karena itu, diperlukan mode transportasi baru. Trem pun berhenti beroperasi di tahun 1968, dan pemerintah     kota  Seoul mulai membangun jalur kereta bawah tanah.    



Kereta itu memiliki tiga pintu. Dua pintu kecil di bagian depan dan belakang adalah pintu masuknya. Pintu besar di bagian tengah adalah pintu keluarnya. Di antara kereta trem lama lainnya, kereta itu adalah model yang terbaru dan terbesar. Jendela trem itu tidak lagi memiliki kaca dan hanya tersisa kerangkanya saja. 

Bapak Jo berdiri di depan pagar yang mengelilingi kereta tua itu dan merasa terharu. Ia merasa seperti sedang berjumpa dengan sahabat lama yang sosoknya kini telah menjadi rapuh. Walaupun ia senang bertemu dengannya, ia juga merasa malu dan sedih...

Bapak Jo menghabiskan 30 tahun masa hidupnya bersama kereta tua itu. Namun, dengan kehadiran kereta bawah tanah, hidup Bapak Jo pun turut tersingkirkan, sama seperti kereta trem tua itu.


문은 세 개다.

앞쪽과 뒤쪽의 작은 문은 타는 문이고,

가운데의 큰 문은 내리는 문이다.

그러니까 옛 전차 중에서는 신형인 큰 놈이다.

창문에 유리는 붙어 있지가 않다.

형해(形骸)만 안치해 놓은 것이다.

전차 주위를 두르고 있는 철책 앞에 와 선 조 주사는 

코허리가 약간 시큰해지는 느낌이다.

옛날 정다웠던 친구의 퇴락한 모습을 보는 듯한 기분이라고나 할까.

반가우면서도 약간 민망스럽기도 하고, 쓸쓸하기도 하고....


그는 삼십여 년이라는 세월을 전차와 함께 살아왔던 것이다.

그런데 몇 해 전에 지하철 건설 바람에 그만 

전차와 함께 자기의 인생도 밀려나버리고 말았다.




Ha Geun-chan (21 Oktober 1931 – 25 November 2007)

    - Lahir di Yeongcheon, Propinsi Gyeongsang Utara

    - Debut: Cerpen “Penderitaan Dua Generasi” (1957)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >