Di tengah peringatan kemungkinan Korea Utara akan segera melakukan uji coba senjata nuklir, pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa Korea Utara terus memproduksi plutonium dan Pemimpin Kim Jong-un akan menggunakannya sebagai kekuatan dalam negosiasi dengan Amerika Serikat.
Ditambahkannya, Kementerian Luar Negeri AS sedang menantikan pembicaraan dengan pemerintah Korea Selatan yang baru untuk bergerak maju ke target denuklirsasi penuh di Semenanjung Korea.
Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines menyampaikan penilaian tersebut pada hari Selasa (10/05) waktu setempat di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.
Haines mencatat dalam laporannya terdapat empat negara yang menjadi ancaman bagi AS, yakni China, Korea Utara, Rusia, dan Iran, dan memperkirakan Korea Utara akan kembali melakukan uji coba nuklir dalam beberapa waktu ke depan.
Dia melanjutkan bahwa Korea Utara terus memproduksi bahan fisil, yang digunakan dalam uji coba nuklir, dan bahkan kemungkinan memperluas program pengayaan uraniumnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terus memperluas dan meningkatkan kemampuan nuklir dan senjata konvensional yang menargetkan AS dan negara sekutunya untuk membentuk kembali lingkungan keamanan regional yang menguntungkan bagi pihaknya dan untuk memperkuat status quo sebagai negara nuklir de facto.
Direktur Badan Intelijen Pertahanan AS Scott Berrier pun menilai bahwa Korea Utara tengah berjuang untuk melanjutkan program nuklir dan memodernisasi kekuatan militernya. Disebutkannya, Kim Jong-un kemungkinan ke depannya akan menggunakan hal tersebut sebagai kekuatan dalam negosiasi dengan AS.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengutarakan bahwa AS berniat mengadakan diskusi dengan pemerintahan Korea Selatan yang baru mengenai cara memajukan dan mempromosikan denuklirsai di Semenanjung Korea, melalui pembicaraan via telepon ataupun tatap muka, termasuk melalui kunjungan Presiden Biden ke Korea Selatan.