Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Changwesamgyeong / Gutgeori, Jajin Gutgeori, dan Dangak / Shin Suryongeum

#Citra Musik Korea l 2024-01-12

Citra Musik Korea

Changwesamgyeong / Gutgeori, Jajin Gutgeori, dan Dangak / Shin Suryongeum
Changwesamgyeong
Di Korea ada peninggalan lukisan karya Shin Yun-bok dari masa Dinasti Joseon yang sangat terkenal. Lukisan ini menggambarkan sepasang kekasih yang diam-diam bertemu di sebuah gang kecil di bawah cahaya bulan sabit. Dalam lukisan ini juga ada kalimat yang bunyinya seperti ini, “Di tengah malam yang gelap gulita, isi hati mereka berdua hanya mereka yang tahu.” Saking populernya lukisan dan kalimat di dalam lukisan ini, kutipan kalimat ini sering muncul dalam puisi-puisi klasik Korea. Salah satu contohnya adalah puisi lagu atau sijo yang berjudul Changwesamgyeong (창외삼경). Puisi ini mengisahkan kasih sayang yang mendalam antara dua kekasih yang bertemu di tengah malam berkabut. Mereka berjanji untuk tetap bersama selama seratus tahun tetapi akhirnya malah berpisah. 

Gutgeori, Jajin Gutgeori, dan Dangak
Satu lagi pelukis tradisional yang sangat terkenal pada masa Dinasti Joseon adalah Kim Hong-do. Shin Yun-bok dan Kim Hong-do adalah pelukis yang sangat mahir menggambarkan kehidupan masyarakat pada saat itu dengan sangat jelas lewat lukisannya. Salah satu lukisan karya Kim Hong-do yang sangat terkenal adalah lukisan berjudul Mudong (무동). Lukisan Mudong yang berarti 'Anak Penari' ini menggambarkan seorang anak kecil yang sedang menari dikelilingi para pemain musik pengiringnya. Total ada enam pemain alat musik sebagai pengiringnya yang disebut samhyeonyukgak. Dua pemain seruling piri dan empat orang lainnya masing-masing memainkan daegeum, haegeum, janggu, dan buk. Komposisi kelompok musik seperti ini pun sebenarnya sampai sekarang masih sering digunakan dalam pertunjukan tari. Saat menari, anak laki-laki penari itu mengangkat satu kakinya tinggi-tinggi dan satu kaki lainnya berjinjit seolah seperti mau terbang. Sementara lengan panjangnya tampak berkibar di udara seperti sayap kupu-kupu. Rangkaian lagu dengan judul Daepungryu yang biasanya dimainkan sebagai pengiring tarian Buddha biasanya dimulai dengan lagu bertempo lambat, tetapi bagian akhir dari rangkaian lagu yang terdiri dari Gutgeori (굿거리), Jajin Gutgeori (자진굿거리), dan Dangak (당악) temponya lebih cepat dan lebih ceria. 

Shin Suryongeum
Salah satu objek yang banyak dilukis oleh Kim Hong-do adalah lukisan para pertapa Tao yang disebut shinseon. Dalam ajaran Tao seorang shinseon biasanya digambarkan sebagai seorang lelaki tua yang tercerahkan dan memiliki kekuatan supranatural untuk melihat ke depan ataupun menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satu alat musik yang sangat disukai oleh para shinseon adalah saenghwang, alat musik tiup yang terbuat dari cangkang labu kering dan ditancapi dengan potongan beberapa bambu yang ukurannya beragam. Menurut orang Korea, bila dilihat dari samping, bentuk alat musik ini menyerupai bentuk burung phoenix yang sedang bertengger. Di dalam setiap batang bambu yang tertancap terdapat pipa logam yang membuat suara alat musik dari bambu ini terdengar seperti seruling daegeum dan piri. Karena suara alat musik saenghwang ini sangat khas, orang Korea dahulu menyebut bunyi alat musik ini seperti suara tangisan seekor naga. Lagu dengan judul Shin Suryongeum (신 수룡음) yang berarti suara naga air baru adalah lagu yang diiringi permainan alat musik saenghwang.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >